Pages

Kamis, 31 Desember 2015

Efisiensi Transportasi Ala Pemudi Masa Kini

Untuk ukuran liburan panjang, jalan raya Parakan-Wonosobo termasuk lenggang. Jalanan menurun dan berkelok dapat dilalui dengan cepat tanpa banyak menarik dan menginjak tuas rem. Lelahnya perjalanan sedikit terobati berkat adanya pemandangan yang luar biasa di sepanjang jalan. Gunung Sumbing di sebelah kiri dan Sindoro di sebelah kanan seolah menyemangati dan menghimbau untuk lebih hati-hati. Semakin terhibur sekaligus sedikit miris setelah tiba-tiba sebuah motor sport dengan tiga penumpang menyalip di salah satu tikungan. Miris karena tidak seharusnya sebuah motor ditumpangi oleh tiga orang. Terhibur karena ada yang dapat dijadikan bahan pembicaraan.

“Disalip cabe-cabean Dik kita”

“Gakpapa Riif, lagian itu bukan cabe-cabean. Mana ada cabe-cabean cowok?”

“Cewek semua Dik, liat aja ntar pas di tikungan”

“Iya, cewek ternyata. Kok bisa-bisanya boncengan bertiga. Jalannya kayak gini pake motor sport. Haduuh, anak jaman sekarang”

“Anak jaman sekaran itu pinter Dik. Saat para akademisi baru bisa berbicara teori ekonomi, mereka sudah mempraktikkan dengan baik. Mereka bener-bener tahu, paham, dan menerapkan prinsip ekonomi dengan baik. Mereka sudah mempraktikkan apa yang dalam teori disebut efisiensi. Bagaimana dengan input seminimal mungkin mendapatkan output sebanyak-banyaknya. Dengan satu motor bisa mengangkut sebanyak-banyaknya manusia. Harusnya Kementrian Perhubungan meniru mereka. Bagaimana dengan bahan bakar seminimal mungkin dapat mengangkut orang sebanyakbanyaknya”

“Sesukamu aja lah Rif, hahaha”

Kemudian motor sport dengan tiga penumpang semakin tidak kelihatan seiring dengan selisih kecepatan yang semakin tinggi antara yang kami tumpangi dengan yang mereka tumpangi.

Senin, 28 Desember 2015

Ganti Rinduku

Tiba di ujung sabarku,

Menunggumu

Merobek nalar pikirku

Mencabik rasa percayaku

Menggoyah kokoh aku

Ganti rugi rinduku padamu!

Rabu, 23 Desember 2015

Kamu Manis

Belum hilang embun dari peluk pucuk rerumputan

Hijau persawahan berjubahkan emas kilau fajar

Menanti embun yang tak jua berpulang

Sayang,,,

Pagi ini,, 

Kamu manis.

Selasa, 22 Desember 2015

Kau Pendamaiku

Inginku…

Menjamah lekuk indah ragamu

Dicium dingin desir nafasmu

Berpeluh dalam hangatnya pelukmu.

Melihatmu, hilang separuh penatku

Depakmu, ketentraman isi kalbu

Dirimu, kedamaian relung terdalamku

Kamis, 17 Desember 2015

Track Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Saat ini, Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung di Jawa Tengah yang paling banyak didaki. Terdapat beberapa jalur pendakian untuk mencapai puncak yang berada di ketinggian 1.342 meter di atas permukaan air laut tersebut. Beberapa jalur yang sudah resmi diantaranya Tekelan, Cuntel, Wekas, Suwanting, dan Selo.

Terdapat tiga jalur untuk mencapai basecamp merbabu di Selo. Dari Salatiga ataupun Jogja dengan berkendara ke arah Ketep Pas (banyak rambu penunjuk jalan ke Ketep Pass) baru kemudian ke arah Selo. Atau juga dari arah Boyolali dengan Berkendara kea rah Cepogo kemudian dilanjutkan ke arah Selo. Yang jelas, dari pasar Selo menuju basecamp masih memerlukan waktu 15-45 menit dengan berkendara.

Di area basecamp, terdapat beberapa rumah penduduk yang digunakan untuk pendaftaran pendakian gunung. Ini tidak seperti di gunung-gunung yang lain yang umumnya hanya memiliki satu tempat pendaftaran di setiap jalur pendakian. 

Beberpa spot penting dalam pendakian Gunung Merbabu via selo adalah basecamp, pos 1, pos 2, kali mati, pos 3, sabana 1, sabana 2, puncak trianggulasi, dan puncak kenteng songo.

Basecamp - Pos 1
Basecamp merbabu
Basecamp merbabu via Selo
Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 didominasi oleh track yang masih landai. Terdapat jalan setapak diantara rimbunnya pepohonan. Jalan setapak yang dilewati merupakan jalan yang memang dibuat dan bukan merupakan jalan air. Terdapat beberapa pohon tumbang yang terkadang menghambat perjalanan. Beberapa petugas taman nasional dan penduduk setempat masih dapat mengendarai motor hingga separuh perjalanan antara basecamp dengan pos 1. Sepanjang perjalanan, yang dapat dinikmati hanyalah rimbunnya pepohonan. Pos 1 atau yang disebut dengan Dok Malang adalah tanah datar dengan beberapa space kosong diantara beberapa pohon besar. Pos 1 dapat digunakan untuk mendirikan hingga 7 tenda. Dari basecamp hingga pos 1 membutuhkan waktu sekitar 1 jam.

Senin, 14 Desember 2015

Menunggu Pilu

Sampai pada sadarku

Hilang segala rindu

Menunggumu, semu

Sampaiku pada jemu

Muncul kembali dirimu dihadapku

Menunggumu, semu

Mengharapmu, pilu

Sabtu, 12 Desember 2015

Pertanyaan yang Belum Sempat Diajukan dan Mendapat Jawaban dari Hi-Tec

Minggu, 6 Desember 2015 ising-iseng saya dan Ridho ke pameran outdoor gear yang diselenggarakan di LPP Yogyakarta. Sebenarnya gak iseng juga karena sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum benar-benar hari tersebut berlangsung. Sementara saya muter sambil melihat-lhat barang yang dipajang di dalam auditorium LPP, terdengar dari luar terdapat presentasi tentang sepatu hi-tec. Sambil melihat barang yang dapat dilihat dan mungkin dapat dibeli, curi-curi dengar kulakukan untuk mengetahui informasi terkait sepatu produksi hi-tec. Dan memang namanya hanya curi-curi, informasi yang didapatkan pun tidak detail. Sedikit yang teringat adalah terkait keunggulan material dan teknologi yang tertanam pada sepatu hi-tec.
Contoh sepatu hi-tec. Sumber gambar: http://www.hi-tec.com/id/
Memasuki sesi tanya jawab, presenter berjanji akan memberikan door prize berupa sepatu hi-tec bagi siapapun yang memiliki pertanyaan yang bagus. Satu pertanyaan yang bagus diajukan oleh seorang perempuan yang katanya pecinta gunung. Pertanyaan singkatnya adalah sepatu hi-tec yang paling cocok  digunakan untuk mendaki gunung di Indonesia yang notabene antara satu dengan yang lain memiliki relief yang berbeda. Terdapat gunung dengan trek pasir, batuan, ataupun juga tanah liat yang licin. Pertanyaan yang lain adalah terkait kekuatan hi-tec untuk digunakan di iklim tropis seperti Indonesia. Telah dibuktikan kekuatan dan teknologi yang tertanam pada sepati hi-tec di negara-negara eropa. Apakah teknologinya juga dapat digunakan di daerah tropis seperti Indonesia?

Senin, 07 Desember 2015

Menulis Angan, Angan Menulis

foto diambil oleh Nindya Arini
Tidak kurang-kurangnya saya memiliki pengalaman yang dapat dibagikan. Tidak sedikit pula pengetahuan sebagai sumber inspirasi tulisan. Soal teori, sudah jangan ditanya lagi. Teramat banyak teori menulis yang tersimpan di benak. Manfaat menulis, macam tulisan, sampai dengan bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik paling tidak sudah diketahui. 
Lalu hasilnya? 
Pertanyaan yang sangat mudah dijawab. Lebih mudah daripada menjelaskan manfaat menulis, macam tulisan, ataupun kiat-kiat menulis. Pertanyaan yang jawaban verbal nya lebih mudah daripada jawaban visual nya. Pertanyaan yang jawabannya adalah “belum ada hasilnya”. Sejauh ini memang belum ada hasilnya. Belum tercipta sebuah karya tulisan yang konkret dapat dibaca apalagi ditunjukkan. Dalam kesendirian atauapun kebersamaan, dalam perenungan ataupun berkegiatan, tidak hentinya ide tulisan berseliweran. Tidak hentinya otak berputar mencari bahan dan pengkaya tulisan. 
Dalam angan, tulisan akan mudah diciptakan dengan banyaknya ide yang berseliweran. Dalam angan, tulisan akan berkualitas tinggi dengan kayanya bahan hasil berputarnya otak yang tiada henti. Dan dalam angan, kepuasan, penghargaan, atau bahkan kekayaan akan mudah untuk didapatkan.

Sepenggal Obrolan Pulang dari Basecamp Merbabu

tanjakan macan gunung merbabu
awan yang menjadi penyebab turunnya hujan
Terik mentari menemani sepanjang perjalanan kami. Jalanan Selo-Cepogo-Boyolali-Klaten-dan sebagian kecil Yogyakarta menjadi saksi panasnya pijar matahari yang sampai ke bumi. Cuaca berubah segera setelah melewati jalanan di depan bandara. Mendung bergelantungan tepat di atas kami. Hujan pun turun dengan agak tidak santai. Banyak kemudian pengendara motor yang menepi. Menepi untuk sekedar mengenakan jas hujan ataupun berteduh sembari menunggu hujan berhenti. Latah, dan akhirnya kami pun turut menepi dan berhenti.

“Bob, mau pake jas hujan enggak?”

“Kamu aja lah yang pake jas hujan, kamu kan di depan. Aku di belakang, jadi agak aman”

“Jaketmu water proof?”

“Iya water proof”

“Kalo gitu aku gak usah pake jas hujan. Aku nitip handphone sama dompet”

Dan kemudian handphone sama dompet ku dimasukkan ke dalam jaketnya yang katanya water proof, walaupun aku agak sedikit ragu akan ke-water proof-an jaket nya.

“Kau yakin gak pake jaket Rif?”

“Gak usah lah Bob, tinggal dikit lagi juga. Yang penting barang yang rawan rusak kalo terkena air sudah diamankan. Lagian, kita tuh seharusnya juga gak usah pake jas hujan. Malu lah sama monyet. Mereka aja di gunung hujan-hujanan sepanjang hari tanpa jas hujan. Masak kita cuma berapa menit sudah mau pake jas hujan. Kamu harusnya juga mencopot itu jaket water proof sebagai bentuk penghormatanmu pada monyet. Makhluk yang eek nya kamu injek-injek selama perjalanan di Merbabu”

Sabtu, 05 Desember 2015

Sepenggal Obrolan Perjalanan Menuju Basecamp Merbabu

Bobi setelah berjalan karena motor yang ditumpanginya tidak cukup kuat untuk boncengan
Yamaha Crypton buatan tahun 2001 melaju mulus, menerobos lenggangnya Jalan Magelang. Jam-jam orang kerja sudah mulai bekerja dan anak sekolah sudah mulai pelajaran menjadikan jalanan serasa milik segelintir orang terutama para pengangguran. Dan salah satu keuntungan pengangguran adalah dapat memacu kendaraan dengan kecepatan yang sedikit lebih konstan tanpa banyak menekan dan menginjak tuas rem. 

Keluar dari kota Kabupaten Sleman, kontras terlihat langit di atas Gunung Merapi, Merbabu dengan Gunung Sindoro, Sumbing. Awan hitam bergelanyut di atas Merapi dan Merbabu sementara langit biru dengan hanya semburat awan putih bersih berada di atas Sindoro Sumbing.

“Wah Bob, bakalan kehujanan kita di Merbabu ntar. Lihat tu!”

“Ah, jangan lah! Kamu harus berpikiran positif. Kalau berpikiran positif nanti hasilnya juga positif”

“Justru sebaiknya kita itu berpikiran negatif. Dalam hukum magnet dan listrik, yang negatif akan menarik yang positif. Dan yang positif akan menarik yang negatif. Nah, kalo kita berpikirannya negatif, pasti nanti yang jadi kenyataan hal-hal yang positif”

“Bisa aja kau bocah!”

“Apa kita ke Sumbing aja Bob, di sana cerah kelihatannya?!”

“Iya sekarang di sana cerah. Tapi sekarang pasti lagi banyak yang berpikiran positif tentang Sumbing. Jadi mungkin nanti sorean awan di Merbabu dan Merapi ketarik ke sana, dan gantian Merapi Merbabu yang cerah. Jadi kita tetap ke Merbabu aja”

“Hahahaha, cepat belajar kamu”

Jumat, 04 Desember 2015

Setting Pages

Khusus untuk postingan pertama ini, label tidak sengaja tidak disesuaiakan dengan yang sudah dicantumkan di bagian about. Hal ini dikarenakan postingan ini hanya untuk setting pages. Sebenarnya bisa juga setting pages dengan tulisan yang sudah sesuai label. Namun karena yang tulisannya belum ada dan sudah keburu nafsu untuk men-setting pages, maka jadilah tulisan ini. Tidak masalah, dan itu sah!