Ada hal yang sedikit mengecewakan ketika tulisan yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Gagasan, entah besar ataupun kecil yang kemudian dikembangkan. Disusun dengan kalimat yang harapannya dapat diterima oleh banyak orang tetapi faktanya justru berkebalikan. Jangankan dapat diterima gagasan, dipahami kaliat penyusunnya pun susah dilakukan.
Bahasan santai nan sederhana menjadi terkesan serius dan perlu pengulangan baca untuk memahaminya. “Keterampilan memang butuh waktu untuk mengasahnya”, begitu orang bijak sering berkata. Keahlian menulis tidak serta merta didapatkan hanya dari sekali duduk, sekali ketik, sekali menghasilkan tulisan. Perlu puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan kali percobaan.
Kepausan sesaat adalah kemunduran. Latihan dan pengembangan adalah keniscayaan. Tidak akan bertahan lama apa yang dihasilkan lewat keberuntungan. Usaha dan kerja keras menghasilkan keberlanjutan.
Dan akhirnya, menulis adalah keterampilan. Menulis adalah pengulangan. Dan menulis adalah kerja keras yang tidak boleh berhenti. Sekali berhenti maka akan mati, akan segera terganti.
Sudah saatnya menulis kembali. Bangun dari harapan semu menghsilkan tulisan menawan yang tanpa latihan, tanpa pengorbanan. Saatnya kembali belajar menulis. Kembali ke dunia nyata tanpa berandai-andai dan bermimpi hampa.
Terlepas dari yang baru seperti ini hasilnya, setidaknya telah berusaha dan berpihak kepada keberusahaan.