Terdengar lirih putaran mesin kipas menghembuskan angin keheningan
Pada detak jam dinding yang membawa sang waktu terus melaju
Di sini, di balik dinding dipan-dipan kayu, aku hanya bisa terpaku
Terpaku dan terperanjat pada kesadaran akan hidup yang bermudarat
Waktu, bisakah kau sejenak berhenti dari mengajakku berlari?
Atau setidaknya membiarkankku sedikit menepi?
Ah, menepi…
Nafsu macam ini.
Sifat kemanusiaan mana yang membiarkan tuannya larut dalam ketidakmanfaatan.
Demi masa, aku meralat ucapanku atasmu, wahai waktu.
Berlarilah kau sesukamu
Berlarilah sekencangmu
Tak perlu sekarang kau mengajakku
Karena aku yang akan mengejarmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar