Ada kepuasan tersendiri ketika menyelesaikan sebuah tulisan. Dan berlipat ganda dengan semakin banyaknya jumlah kata, kalimat, dan paragraf yang menjadikannya sebuah tulisan utuh. Dan perasaan tersebut berlangsung terus menerus sampai muncul kesadaran bahwa kualitas jauh lebih memberikan manfaat daripada sekedar kuantitas. Paling tidak dalam ruang lingkup tulisan.
Sebuah topik bahasan dengan beragam kalimat penjelas semakin terasa menjemukan. Kalimat penjelas dan penduking seringkali dibuat sebertele-tele mungkin untuk mengejar kauntitas yang diinginkan. Dan hasilnya, justru pesan yang ingin disampaikan tidak pernah sampai tujuan. Bisa karena kalimat pendukung yang menyamarkan topik utama, bisa juga karena pembaca sudah jemu dengan ke-bertele-telean dan akhirnya berhenti membaca tulisan.
Dan kini, pradigma bahwa kepuasan yang berlipat hanya didapatkan dari tulisan yang semakin banyak harus dihapuskan. Sudah saatnya belajar membuat tulisan sesingkat, sepadat, dan sebermanfaat mungkin. Tulisan dengan unsur kata, kalimat, dan paragraf yang jelas, tegas, dan langsung ke topik permasalahan.
Waktu semakin berharga. Manusia ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Pembaca menginginkan lebih banyak topik bacaan daripada sekedar satu topik dalam satu waktu membaca.
Menulis to the point merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan pembaca dewasa ini. Tanpa mengurangi sedikitpun informasi dan esensi, menulis to the point adalah salah satu cara mempertahankan dan bahkan meningkatkan minat baca masyarakat yang sudah ada.
Menulis to the point adalah menulis untuk kebermanfaatan, buka sekedar menulis untuk kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar