Masih juga tanggal 1 Januari, tahun baru saja berganti. Dekade yang lama telah usai dan yang baru pun baru saja dimulai. Mungkin orang-orang belum selesai melakukan evaluasi, atau belum juga menyusun resolusi. Tapi yang pasti, memang tidak pernah ada yang berubah di negeri ini. Apalagi yang menyangkut kontradiksi yang membuat debat sana-sini.
Banyak yang berharap hujan turun di malam pergantian tahun. Mereka percaya hujan dapat meminimalisir dosa-dosa akibat perayaan yang dilakukan. Dan banyak pula yang menganggap bahwa tidak ada perayaan yang dilakukan kecuali sebatas melepas panat memanfaatkan momen liburan. Salah satu perdebatan yang tidak pernah berganti setiap tahunnya.
Di beberapa daerah hujan memang turun. Air hujan lebih banyak daripada yang mampu dialirkan dan dimasukkan ke dalam tanah. Banjir pun datang. Yang paling parah dan atau yang paling banyak mendapat sorotan tentu saja DKI Jakarta. Selain karena ibukota negara, juga karena cakupan banjir yang lebih luas dan parah dari sebelum-sebelumnya.
Ada yang mengatakan lebih parah dari sebelumnya, ada pula yang mengklaim bahwa memang setiap tahun sudah seperti itu adanya. Yang terdampak banjir sibuk menyelamatkan nyawa dan harta benda sementara yang hanya menyaksikan sibuk untuk menyebar umpatan-umpatan.
Banyak yang menganggap bahwa banjir adalah akibat dari lepas tangannya pemimpin terdahulu. Tak sedikit yang menganggap bahwa semuanya karena ketidakbecusan pemimpin sekarang dalam bekerja. Dan yang tidak berubah, pendukung masing masing pemikiran adalah orang yang sama yang mendukung masing-masing pemimpin. Polarisasi politik yang semakin parah yang sayangnya juga semakin mengikis nalar dan realisai berpikir yang baik.
Potensi banjir itu pasti ada, apalagi untuk daerah yang dulunya rawa seperti Jakarta. Pun dengan solusi yang juga tidak kalah banyaknya. Banjir adalah tanggung jawab bersama. Setiap komponen mampu menjadi penyebab banjir sekaligus menjadi solusi. Saling menyalahkan sudah bukan jamannya lagi.
Pemimpin tentu saja memiliki peran dan tanggung jawab paling besar. Namun tanda dukungan dari beragam komponen, keberhasilan itu susah dilakukan.
Mitigasi, adaptasi, dan evakuasi harus dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan banjir di kemudian hari.
Tidak ada yang baru di dunia ini mungkin memang sudah sunatullah. Tapi mengulang-ulang kesalahan adalah murni ketiadaan usaha untuk mengubah keadaan. Manusia memang tidak bisa melawan sunatullah, tapi mendayagunakan semua tenaga, pikiran, dan harta benda untuk sesuatu yang sejalan dengan sunatullah untuk kemaslahatan bersama adalah sebenarnya pemimpin yang bisa bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar