Setelah tiga hari uring uringan tak menentu, akhirnya tibalah barang yang ditunggu. Keyboard bluetooth Logitech K380. Keyboard hasil cuci otak dari reviewer-reviewer gadget yang tampil di youtube. Keyboard yang dihampir emua vidio merekomendasikannya untuk disambungkan ke perangkat mobile (smartphone dan atau tablet). Keyboard yang secara offline tidak dijual di kota di mana aku tinggal.
Maka jadilah aku terpaksa membeli di salah satu e-commerce ternama, shopee. Tiga hari bukanlah waktu yang lama. Tapi tidak untuk orang yang merindu. Bagi orang yang merindu, bahkan sedetikpun terasa sangat mengganggu. Pun aku yang merindukan untuk lebih produktif menulis dimana saja khususnya menggunakan smartphone dan kayboard baru ini.
Selasa, 21 Januari 2020
Rabu, 01 Januari 2020
Yang Tidak Berubah dari Tahun Baru dan Banjir Jakarta
Masih juga tanggal 1 Januari, tahun baru saja berganti. Dekade yang lama telah usai dan yang baru pun baru saja dimulai. Mungkin orang-orang belum selesai melakukan evaluasi, atau belum juga menyusun resolusi. Tapi yang pasti, memang tidak pernah ada yang berubah di negeri ini. Apalagi yang menyangkut kontradiksi yang membuat debat sana-sini.
Banyak yang berharap hujan turun di malam pergantian tahun. Mereka percaya hujan dapat meminimalisir dosa-dosa akibat perayaan yang dilakukan. Dan banyak pula yang menganggap bahwa tidak ada perayaan yang dilakukan kecuali sebatas melepas panat memanfaatkan momen liburan. Salah satu perdebatan yang tidak pernah berganti setiap tahunnya.
Di beberapa daerah hujan memang turun. Air hujan lebih banyak daripada yang mampu dialirkan dan dimasukkan ke dalam tanah. Banjir pun datang. Yang paling parah dan atau yang paling banyak mendapat sorotan tentu saja DKI Jakarta. Selain karena ibukota negara, juga karena cakupan banjir yang lebih luas dan parah dari sebelum-sebelumnya.
Ada yang mengatakan lebih parah dari sebelumnya, ada pula yang mengklaim bahwa memang setiap tahun sudah seperti itu adanya. Yang terdampak banjir sibuk menyelamatkan nyawa dan harta benda sementara yang hanya menyaksikan sibuk untuk menyebar umpatan-umpatan.
Banyak yang menganggap bahwa banjir adalah akibat dari lepas tangannya pemimpin terdahulu. Tak sedikit yang menganggap bahwa semuanya karena ketidakbecusan pemimpin sekarang dalam bekerja. Dan yang tidak berubah, pendukung masing masing pemikiran adalah orang yang sama yang mendukung masing-masing pemimpin. Polarisasi politik yang semakin parah yang sayangnya juga semakin mengikis nalar dan realisai berpikir yang baik.
Potensi banjir itu pasti ada, apalagi untuk daerah yang dulunya rawa seperti Jakarta. Pun dengan solusi yang juga tidak kalah banyaknya. Banjir adalah tanggung jawab bersama. Setiap komponen mampu menjadi penyebab banjir sekaligus menjadi solusi. Saling menyalahkan sudah bukan jamannya lagi.
Pemimpin tentu saja memiliki peran dan tanggung jawab paling besar. Namun tanda dukungan dari beragam komponen, keberhasilan itu susah dilakukan.
Mitigasi, adaptasi, dan evakuasi harus dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan banjir di kemudian hari.
Tidak ada yang baru di dunia ini mungkin memang sudah sunatullah. Tapi mengulang-ulang kesalahan adalah murni ketiadaan usaha untuk mengubah keadaan. Manusia memang tidak bisa melawan sunatullah, tapi mendayagunakan semua tenaga, pikiran, dan harta benda untuk sesuatu yang sejalan dengan sunatullah untuk kemaslahatan bersama adalah sebenarnya pemimpin yang bisa bekerja.
Banyak yang berharap hujan turun di malam pergantian tahun. Mereka percaya hujan dapat meminimalisir dosa-dosa akibat perayaan yang dilakukan. Dan banyak pula yang menganggap bahwa tidak ada perayaan yang dilakukan kecuali sebatas melepas panat memanfaatkan momen liburan. Salah satu perdebatan yang tidak pernah berganti setiap tahunnya.
Di beberapa daerah hujan memang turun. Air hujan lebih banyak daripada yang mampu dialirkan dan dimasukkan ke dalam tanah. Banjir pun datang. Yang paling parah dan atau yang paling banyak mendapat sorotan tentu saja DKI Jakarta. Selain karena ibukota negara, juga karena cakupan banjir yang lebih luas dan parah dari sebelum-sebelumnya.
Ada yang mengatakan lebih parah dari sebelumnya, ada pula yang mengklaim bahwa memang setiap tahun sudah seperti itu adanya. Yang terdampak banjir sibuk menyelamatkan nyawa dan harta benda sementara yang hanya menyaksikan sibuk untuk menyebar umpatan-umpatan.
Banyak yang menganggap bahwa banjir adalah akibat dari lepas tangannya pemimpin terdahulu. Tak sedikit yang menganggap bahwa semuanya karena ketidakbecusan pemimpin sekarang dalam bekerja. Dan yang tidak berubah, pendukung masing masing pemikiran adalah orang yang sama yang mendukung masing-masing pemimpin. Polarisasi politik yang semakin parah yang sayangnya juga semakin mengikis nalar dan realisai berpikir yang baik.
Potensi banjir itu pasti ada, apalagi untuk daerah yang dulunya rawa seperti Jakarta. Pun dengan solusi yang juga tidak kalah banyaknya. Banjir adalah tanggung jawab bersama. Setiap komponen mampu menjadi penyebab banjir sekaligus menjadi solusi. Saling menyalahkan sudah bukan jamannya lagi.
Pemimpin tentu saja memiliki peran dan tanggung jawab paling besar. Namun tanda dukungan dari beragam komponen, keberhasilan itu susah dilakukan.
Mitigasi, adaptasi, dan evakuasi harus dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan banjir di kemudian hari.
Tidak ada yang baru di dunia ini mungkin memang sudah sunatullah. Tapi mengulang-ulang kesalahan adalah murni ketiadaan usaha untuk mengubah keadaan. Manusia memang tidak bisa melawan sunatullah, tapi mendayagunakan semua tenaga, pikiran, dan harta benda untuk sesuatu yang sejalan dengan sunatullah untuk kemaslahatan bersama adalah sebenarnya pemimpin yang bisa bekerja.
Senin, 18 Februari 2019
Dan Berharaplah
Satu hal yang menyembuhkan, memulihkan, dan bahkan mampu memperbaiki adalah harapan.
Harapan memiliki kekuatan mengubah bahkan yang tidak mampu dilakukan oleh hal-hal materiil yang seringkali manusia andalkan.
Harapan adalah sugesti positif yang mengandung energi penyembuhan yang tidak kalah pentingnya dengan obat-obatan yang telah teruji secara klinis.
Dan harapan adalah pintu gerbang pembuka peluang-peluang perbaikan dan keberhasilan dapat tercapai.
Seperti halnya kesabaran, harapan bukanlah hal pasif yang ditunggu kemunculannya. Harapan adalah sesuatu yang aktif yang harus senantiasa dirawat dan ditumbuhkan.
Merawat dan menumbuhkan harapan adalah merawat kehidupan itu sendiri
Senin, 28 Januari 2019
Ngomong Thok O
"Satu contoh lebih baik daripada seribu nasihat"
Anda tentu boleh menerimanya. Pun juga sebaliknya.
Namun, di jaman yang semua sudah berorientasi materi, contoh yang konkret tentu saja lebih bisa diterima hati. Teori dan praktik dipisahkan sedemikian rupa sehingga yang mengandalkan teori distigma lebih buruk dari mereka yang bergerak dalam tataran praktik.
Mereka yang lebih banyak berteori dicap sebagai orang yang hanya bisa berbicara tanpa bisa bekerja.
Tentu saja tak sepenuhnya salah. Walaupun juga tidak bisa langsung dibenarkan. Apalagi dalam kaitannya dengan kemampuan menyadarkan dan menggerakkan orang lain.
Faktanya, banyak kesadaran, perubahan, dan perbaikan justru mucul setelah mendengar kisah dan cerita orang lain.
Mereka yang hanya bisa berbicara entah apapun topik pembicaraannya terkadang justru menyelipkan pesan mencerahkan kepada orang lain.
Ngomong thok, asal bukan kebohongan-kebohongan adalah kekuatan tersendiri bahkan untuk merubah peradaban. Narasi dan retorika sesungguhnya tidak kalah pentingnya dengan aksi dan tindakan nyata.
Dan jika bisamu baru berbicara, maka berbicaralah sebanyaknya. Karena dari pembicaraanmu, pasti ada orang yang tercerahkan. Tersadarkan.
Ngomong thok o! Karena itu juga merupakan bagian dari peran sertamu dalam membangun peradaban.
Sabtu, 23 September 2017
UNBREAK
Sesungguhnya segala sesuatu hanya berotasi sesuai garis edarnya. Beredar dalam dimensi ruang dan atau dalam dimensi waktu. Dari sesuatu yang tidak ada, menjadi ada, kemudian tiada kembali, dan begitu seterusnya sampai segala sesuatunya benar-benar berakhir.
Ransel Kucel, dari sesuatu yang tidak ada, dibuat agar ada, sengaja ditiadakan, dan kembali lagi mencoba untuk diadakan. Semua keputusan berlandaskan alasan masing-masing. Semua keputusan membawa konsekuensi masing-masing. Sengaja ditiadakan dalam rangka menjalankan sebuah misi dan program bersama. Kemudian diadakan kembali untuk kebermanfaatan yang lebih besar daripada egoisme kolektif untuk sekedar memiliki sesuatu yang dapat dikerjakan berdua.
Tidak kemudian meninggalkan egoisme kolektif demi egoisme pribadi agar aku lebih dikenal daripada kami. Lebih dari itu, keputusan diambil untuk pengembangan masing-masing aku sehingga nantinya benar-benar menjadi kami yang sudah siap. Kami yang memang bisa memberikan kebermanfaatan lebih dari sekedar aku.
Jika kemudian ada yang mengatakan, bukankah lebih baik berjalan bersama membangun kami. Itupun tidak sepenuhnya salah, walaupun tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. Sekali lagi, semuanya memiliki alasan masing-masing. Semua membawa konsekuensi masing-masing.
Dan pada akhirnya Ransel Kucel diadakan kembali. Pembelajaran dan penggemblengan akan aku. Agar aku menjadi benar-benar siap saat bertransformasi menjadi kami. Agar bekal kami untuk kebermanfaatan yang lebih luas dapat terisi dan dipersiapkan sejak hari ini.
Ransel Kucel hadir kembali. Ransel Kucel diadakan lagi...
Minggu, 13 Agustus 2017
Break
Tujuan pacaran hanya untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena menikah
Sebuah fakta yang memang sudah terbukti kebenarannya. Walaupun tidak semua orang menikah diawali dari proses pacaran, tetapi semua yang bepacaran akan berhenti berpacaran. Berhenti yang bermakna berakhirnya sebuah hubungan atau berhenti untuk menuju hubungan yang lebih baik.
Putus adalah sebuah keputusan yang diawali dari banyak kejadian, banyak pertimbangan, serta banyak pikiran yang matang dan mendalam.
Pun demikian dengan berhentinya aku menulis di ransel kucel ini. Semua diawali dari banyak kejadian, banyak pertimbangan, serta banyak pikiran yang matang dan mendalam. Berhenti bukan berarti tidak lagi melanjutkan aktivitas menulis. Berhenti menulis di ransel kucel ini untuk bisa fokus menulis di satu tungku. Berhenti dari sesuatu yang baik untuk insyaAllah naik level ke yang lebih baik.
Berpindah ke platform blog yang sama dengan macam dan jenis tulisan yang sama. Namun dengan sistem pengelolaan yang berbeda. Jika ransel kucel merupakan hasil buah tangan dariku seorang, maka satu tungku merupakan kombinasi dari minimal dua hati dan kepala. Aku dan pasanganku.
Selasa, 25 Juli 2017
Juara Kompetisi Bukan Sekedar Juara di Hati
Sebagai seorang fans dari seorang atlet ataupun sebuah tim, mendukung adalah sebuah keniscayaan atau bahkan merupakan kehormatan. Dukungan, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling militan semata-mata dilakukan agar kebanggaannya memenangkan pertandingan, menjuarai kompetisi.
Selain juara kompetisi, ada satu lagi macam juara yang akhir-akhir ini banyak diperdengarkan.
Juara Dihati
Sebuah kemenangan, entah sejati ataupun tidak yang menggambarkan situasi ketika seorang atlet ataupun tim berhasil merebut hati karena perjuangan yang telah dilakukan. Kemenangan yang tentunya memberikan multi semangat buat para idola. Kemenangan yang mungkin tidak setiap atlet ataupun tim mampu mendapatkannya.
Namun demikian, istilah “juara dihati” seringkali tidak bernilai saat hanya digunakan sebagai pembelaan atas kegagalan atlet ataupun tim menjuarai kompetisi. Walaupun merupakan sebuah pemompa semangat buat para atlet atau tim, predikat juara dihati tidak boleh dijadikan tujuan.
Bahkan ketika belum melakukan pertandingan sekalipun para atlet ataupun tim pasti sudah mendapatkan predikat juara dihati oleh para fans nya. Yang seharusnya dilakukan adalah menjadi juara di kompetisi yang diikuti. Multi semangat yang timbul seharusnya menjadi pemacu untuk memenangkan kompetisi yang diikuti.
Buat semua atlet, tim, dan semua idola dari fans-fans nya, berjuanglah untuk menjadi juara kompetisi. Jika hanya ingin juara dihati, tak perlu lah kalian susah payah untuk mengejarnya.
Langganan:
Postingan (Atom)