Senin, 07 Desember 2015

Menulis Angan, Angan Menulis

foto diambil oleh Nindya Arini
Tidak kurang-kurangnya saya memiliki pengalaman yang dapat dibagikan. Tidak sedikit pula pengetahuan sebagai sumber inspirasi tulisan. Soal teori, sudah jangan ditanya lagi. Teramat banyak teori menulis yang tersimpan di benak. Manfaat menulis, macam tulisan, sampai dengan bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik paling tidak sudah diketahui. 
Lalu hasilnya? 
Pertanyaan yang sangat mudah dijawab. Lebih mudah daripada menjelaskan manfaat menulis, macam tulisan, ataupun kiat-kiat menulis. Pertanyaan yang jawaban verbal nya lebih mudah daripada jawaban visual nya. Pertanyaan yang jawabannya adalah “belum ada hasilnya”. Sejauh ini memang belum ada hasilnya. Belum tercipta sebuah karya tulisan yang konkret dapat dibaca apalagi ditunjukkan. Dalam kesendirian atauapun kebersamaan, dalam perenungan ataupun berkegiatan, tidak hentinya ide tulisan berseliweran. Tidak hentinya otak berputar mencari bahan dan pengkaya tulisan. 
Dalam angan, tulisan akan mudah diciptakan dengan banyaknya ide yang berseliweran. Dalam angan, tulisan akan berkualitas tinggi dengan kayanya bahan hasil berputarnya otak yang tiada henti. Dan dalam angan, kepuasan, penghargaan, atau bahkan kekayaan akan mudah untuk didapatkan.
Nyatanya, jauh panggang dari api. Jauh angan dengan kenyataan. Tidak pernah atau mungkin belum pernah ada tulisan yang berkualitas tinggi. Jangankan berkualitas tinggi, yang tidak berkualitas pun belum pernah terbaca wujudnya. Pengalaman, pengetahuan, atau mungkin bahkan motivasi bukanlah jaminan terciptanya sebuah tulisan. Dibutuhkan hal yang sebenarnya lebih sederhana dari ketiganya. 
Action. Tindakan menulis adalah menulis itu sendiri. Dalam kaitannya dengan menghasilkan tulisan, pengalaman, pengetahuan, dan motivasi tidak akan pernah ada artinya jika tidak terdapat tindakan menulis. Angan diperlukan sebagai bahan dan pengkaya tulisan. Anganpun juga dibutuhkan untuk menjaga motivasi dan konsistensi menulis. Namun jika kemudian yang menjadi garda terdepan hanyalah angan, maka tulisan tidak pernah akan terciptakan. Angan perlu ditulis sebagai pengingat visi. Menulis membutuhakan angan sebagai pengkayaan. Tapi menulis, perlu dilakukan di luar angan. Di dalam kehidupan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar