Kamis, 10 November 2016

Berlarilah Waktu

Terdengar lirih putaran mesin kipas menghembuskan angin keheningan

Pada detak jam dinding yang membawa sang waktu terus melaju

Di sini, di balik dinding dipan-dipan kayu, aku hanya bisa terpaku

Terpaku dan terperanjat pada kesadaran akan hidup yang bermudarat

Waktu, bisakah kau sejenak berhenti dari mengajakku berlari?

Atau setidaknya membiarkankku sedikit menepi?

Ah, menepi…

Nafsu macam ini.

Sifat kemanusiaan mana yang membiarkan tuannya larut dalam ketidakmanfaatan.

Demi masa, aku meralat ucapanku atasmu, wahai waktu.

Berlarilah kau sesukamu

Berlarilah sekencangmu

Tak perlu sekarang kau mengajakku

Karena aku yang akan mengejarmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar