Senin, 26 Juni 2017

Cuti Bersama Idul Fitri 2017

Prasangka paling baik dari ditandatanganinya Keppres nomor 18 tahun 2017 tentang cuti bersama tahun 2017 adalah niatan baik dari Bapak Presiden untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai negeri sipil. Penetapan cuti bersama dan keharusan mengambilnya pada tanggal 23, 27, 28, 29, dan 30 Juni 2017 merupakan sebuah kabar baik dalam kaitannya melaksanakan program revolusi mental khususnya bagi pegawai negeri sipil. 
Sebuah “pemaksaan” untuk libur pada hari-hari yang memang tidak efektif untuk bekerja dan menyelesaikan pekerjaan merupakan langkah strategis untuk meminimalisir rendahnya produktivitas pegawai negeri sipil di semua instansi. “Pemaksaan libur” yang juga berarti meminimlaisir dan bahkan menghilangkan alasan-alasan pegawai untuk bermalas-malasan di awal masuk pasca libur lebaran. Tiada lagi alasan untuk tidak langsung memberikan pelayanan karena masih adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial. 

Sebuah “pemaksaan libur” yang juga berarti meminimlaisir pegawai-pegawai yang mengambil cuti di sisa hari di tahun 2017. Sisa-sisa hari di tahun 2017 yang berarti full formation pegawai dan juga full pelayanan. Sisa-sisa hari yang juga berarti hari-hari dengan pelayanan yang optimal. Hari-hari dengan produktivitas pegawai yang tinggi. 

Sebuah kabar yang menggembirakan bagi warga Negara yang membutuhkan pelayanan. 

Dan semua prasangka serta kabar baik segera sirna setelah tahu bahwa keharusan mengambil cuti saat hari-hari cuti bersama ternyata tidak mengurangi hak cuti tahunan pegawai. Sedikit mengecewakan karena akan ada hari hari setelah lebaran dimana pusat pusat pelayanan tidak full formatiaon dan tidak optimal dalam memberikan pelayanan. 

Dan sirnanya semua prasangka baik hanyalah akibat rasa iri yang mucul. Rasa iri yang timbul karena tiadanya libur sebanyak yang didapatkan pegawai negeri sipil.

Sabtu, 24 Juni 2017

Kalah Telak

Dan tinggal hitungan jam Ramadhan akan meninggalkan kita semua. Bulan istimewa dengan segala keutamaannya sebentar lagi akan usai. “Bulan ujian” sebagai pembuktian siapa yang layak mendapatkan predikat pemenang. Predikat yang ditandai dengan semakin bertaqwa nya bagi siapapun yang mendapatkannya. Sebuah predikat yang langsung diberikan oleh Allah SWT. 
Sebuah kemenangan hakiki yang seringkali terdistrosi oleh kemenangan-kemenangan semu. Sebuah klaim kemenagan yang otomatis didapatkan segera setelah Ramadhan terlewatkan. Syawal, dengan klaim sebagai bulan kemengan bagi siapapun yang telah melewati Ramadhan, bahkan tanpa mengikuti “ujian” di sekalipun. 

Bermodalkan kebiasaan ibadah selain di bulan ramadhan yang dibawa ke bulan ramadhan, kemenangan itu juga diklaim kan. Prinsip “Lebih baik sedikit tetapi konsisten daripada langsung banyak tetapi tidak konsisten” hanyalah pembenaran untuk merasa cukup akan ibadah yang biasanya telah dilakukan. Merasa tidak perlu untuk menambah intensitas dan kualitas ibadah di bulan Ramadhan. 

Kemenangan yang tidak benar-benar didapatkan. Sebuah kekalahan yang telak. Kondisi babak belur kalau tidak mau dikatakan hancur lebur. 

Penyesalan yang hanya akan menjadi penyesalan ketika tidak diikuti dengan tindakan perbaikan. Perbaikan yang hendaknya dilakukan selama sebelas bulan sebelum Ramadhan dan ditingkatkan sampai puncak ketika Ramadhan tiba. Upaya-upaya perbaikan yang harus juga disertai harapan-harapan agar bisa dipertemukan dengan Ramadhan di tahun berikutnya. 

Semoga semoga semoga 

Aamiin....

Kamis, 22 Juni 2017

Terima Kasih Tiang dan Mistar Gawang

Memang manusia Indonesia adalah makhluk yang paling mudah bersyukur. Kalaupun tidak mencapai level kesyukuran, budaya sopan-santun telah membuat masyarakat yang berada di dalamnya begitu mudah mengucapkan terima kasih, tidak terkecuali pada benda-benda tak hidup yang dianggap memberikan keuntungan. 
Tiang/mistar gawang adalah salah satu benda mati yang banyak menerima ucapan terimakasih. Dalam setiap pertandingan sepak bola, tiang/mistar gawang selalu menerima ucapan terima kasih dari sang komentator setiap kali bola membenturnya. 

“FC Kiper harus berterima kasih kepada tiang/mistar gawang karena telah menggagalkan usaha pemain FC Striker dalam mencetak gol” 

Tidak ada yang salah dalam memberikan ucapan terima kasih. Justru sebaliknya, terimakasih harus sebanyak mungkin dilontarkan untuk mengapresiasi. Untuk mengakui keberadaan dan keterlibatan manusia lain dalam setiap kehidupan kita. Yang mungkin seringkali salah adalah alasan kenapaucapan terimakasih dilontarkan. 

Menulis to the Point

Ada kepuasan tersendiri ketika menyelesaikan sebuah tulisan. Dan berlipat ganda dengan semakin banyaknya jumlah kata, kalimat, dan paragraf yang menjadikannya sebuah tulisan utuh. Dan perasaan tersebut berlangsung terus menerus sampai muncul kesadaran bahwa kualitas jauh lebih memberikan manfaat daripada sekedar kuantitas. Paling tidak dalam ruang lingkup tulisan. 

Sebuah topik bahasan dengan beragam kalimat penjelas semakin terasa menjemukan. Kalimat penjelas dan penduking seringkali dibuat sebertele-tele mungkin untuk mengejar kauntitas yang diinginkan. Dan hasilnya, justru pesan yang ingin disampaikan tidak pernah sampai tujuan. Bisa karena kalimat pendukung yang menyamarkan topik utama, bisa juga karena pembaca sudah jemu dengan ke-bertele-telean dan akhirnya berhenti membaca tulisan. 

Dan kini, pradigma bahwa kepuasan yang berlipat hanya didapatkan dari tulisan yang semakin banyak harus dihapuskan. Sudah saatnya belajar membuat tulisan sesingkat, sepadat, dan sebermanfaat mungkin. Tulisan dengan unsur kata, kalimat, dan paragraf yang jelas, tegas, dan langsung ke topik permasalahan. 

Waktu semakin berharga. Manusia ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Pembaca menginginkan lebih banyak topik bacaan daripada sekedar satu topik dalam satu waktu membaca. 

Menulis to the point merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan pembaca dewasa ini. Tanpa mengurangi sedikitpun informasi dan esensi, menulis to the point adalah salah satu cara mempertahankan dan bahkan meningkatkan minat baca masyarakat yang sudah ada. 

Menulis to the point adalah menulis untuk kebermanfaatan, buka sekedar menulis untuk kepuasan.

Selasa, 13 Juni 2017

Samakah?


Alhamdulillah bulan Ramadhan telah datang dan akan berlangsung hingga beberapa hari kedepan. Salah satu bulan spesial dengan banyak keutamaan, bulan dengan banyak keberkahan, bulan ketika manusia berlomba-lomba dalam kebaikan dan sebisa mungkin menghindari perbuatan penyebab kerusakan. 

Puasa, ibadah utama yang wajib dilaksanakan oleh orang-orang beriman selama Bulan Ramadhan. Ibadah yang di-spesialkan Tuhan karena pada saat puasa hanya Tuhan dan manusia yang bersangkutan yang tahu. 

Tanpa menggugurkan kewajiban berpuasa, pahala orang yang memberi buka orang berpuasa akan sama dengan orang yang berpuasa. Dengan salah satu alasan tersebut kemudian banyak masjid dan tempat-tempat umum menyediakan menu buka puasa gratis bagi siapa saja yang berkunjung. 

Takjil dan buka puasa gratis, salah satu momen yang ditunggu selama Ramadhan. Dengan maksud mengikuti kajian yang biasanya dilakukan sebelum pembagian takjil ataupun sekedar ingin mendapatkan makan gratis, takjil dan buka puasa gratis selalu laris manis. Selalu saja tidak tersisa dan bahkan kurang karena banyaknya orang. 

Minggu, 11 Juni 2017

Biar Mandi Sekali Sehari

Biar keceritakan padamu. 

Tetang betapa tidak mandi atau mandi maksimal sehari sekali itu perlu. 

Bukan tentang penghematan air ataupun ikut matinya bakteri baik tubuh 

Jauh lebih sederhana dari apa yang sering jadi pembenaran orang 

Sesederhana butuh kita akan makanan 

Secukup makan mampu menegakkan tulang belakang 

Berlaku ia hanya ketika badan sudah meminta 

Berlaku ia hanya ketika tubuh sudah memberi tanda 

Lebih dari itu semua, sudah masuk ia dalam golongan pemuas nafsu belaka

Kamis, 08 Juni 2017

Mempertahankan Resah

Tenang, kondisi nyaman yang membawa pada kestabilan. Kondisi menyenangkan yang membuat jaman bertahan pada ke-statis-an, dunia monoton dengan sedikit sekali kemajuan. Perubahan minimalis yang menekan terobosan-terobosan pendobrak kemajuan. Kondisi yang jika dipertahankan justru membawa kepada keterbelakangan-keterbelakangan. 

Keresahan, ketidaktenangan dan jauh dari kenyamanan tetapi justru membawa perubahan dan perbaikan besar. Kondisi melawan kestabilan dan kestatisan. Sebuah rasa yang mutlak dibutuhkan untuk menciptakan kemajuan-kemajuan. Lebih dari sekedar kemajuan, keberadaban juga dapat dimulai dari suatu keresahan. 

Resah tentu tidak sama dengan khawatir. Khawatir hanyalah ketidaknyamanan tanpa alasan, tanpa ada sebuah upaya untuk melakukan perubahan. Sementara resah adalah ketidaknyamanan-ketidaknyamanan dengan alasan, ketidaknyamanan disertai upaya untuk melakukan perubahan.