Sabtu, 23 September 2017

UNBREAK

Sesungguhnya segala sesuatu hanya berotasi sesuai garis edarnya. Beredar dalam dimensi ruang dan atau dalam dimensi waktu. Dari sesuatu yang tidak ada, menjadi ada, kemudian tiada kembali, dan begitu seterusnya sampai segala sesuatunya benar-benar berakhir.

Ransel Kucel, dari sesuatu yang tidak ada, dibuat agar ada, sengaja ditiadakan, dan kembali lagi mencoba untuk diadakan. Semua keputusan berlandaskan alasan masing-masing. Semua keputusan membawa konsekuensi masing-masing. Sengaja ditiadakan dalam rangka menjalankan sebuah misi dan program bersama. Kemudian diadakan kembali untuk kebermanfaatan yang lebih besar daripada egoisme kolektif untuk sekedar memiliki sesuatu yang dapat dikerjakan berdua.

Tidak kemudian meninggalkan egoisme kolektif demi egoisme pribadi agar aku lebih dikenal daripada kami. Lebih dari itu, keputusan diambil untuk pengembangan masing-masing aku sehingga nantinya benar-benar menjadi kami yang sudah siap. Kami yang memang bisa memberikan kebermanfaatan lebih dari sekedar aku.

Jika kemudian ada yang mengatakan, bukankah lebih baik berjalan bersama membangun kami. Itupun tidak sepenuhnya salah, walaupun tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. Sekali lagi, semuanya memiliki alasan masing-masing. Semua membawa konsekuensi masing-masing.

Dan pada akhirnya Ransel Kucel diadakan kembali. Pembelajaran dan penggemblengan akan aku. Agar aku menjadi benar-benar siap saat bertransformasi menjadi kami. Agar bekal kami untuk kebermanfaatan yang lebih luas dapat terisi dan dipersiapkan sejak hari ini.

Ransel Kucel hadir kembali. Ransel Kucel diadakan lagi...

Minggu, 13 Agustus 2017

Break

Tujuan pacaran hanya untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena menikah
Sebuah fakta yang memang sudah terbukti kebenarannya. Walaupun tidak semua orang menikah diawali dari proses pacaran, tetapi semua yang bepacaran akan berhenti berpacaran. Berhenti yang bermakna berakhirnya sebuah hubungan atau berhenti untuk menuju hubungan yang lebih baik. 

Putus adalah sebuah keputusan yang diawali dari banyak kejadian, banyak pertimbangan, serta banyak pikiran yang matang dan mendalam. 

Pun demikian dengan berhentinya aku menulis di ransel kucel ini. Semua diawali dari banyak kejadian, banyak pertimbangan, serta banyak pikiran yang matang dan mendalam. Berhenti bukan berarti tidak lagi melanjutkan aktivitas menulis. Berhenti menulis di ransel kucel ini untuk bisa fokus menulis di satu tungku. Berhenti dari sesuatu yang baik untuk insyaAllah naik level ke yang lebih baik. 

Berpindah ke platform blog yang sama dengan macam dan jenis tulisan yang sama. Namun dengan sistem pengelolaan yang berbeda. Jika ransel kucel merupakan hasil buah tangan dariku seorang, maka satu tungku merupakan kombinasi dari minimal dua hati dan kepala. Aku dan pasanganku. 

Selasa, 25 Juli 2017

Juara Kompetisi Bukan Sekedar Juara di Hati

Sebagai seorang fans dari seorang atlet ataupun sebuah tim, mendukung adalah sebuah keniscayaan atau bahkan merupakan kehormatan. Dukungan, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling militan semata-mata dilakukan agar kebanggaannya memenangkan pertandingan, menjuarai kompetisi. 

Selain juara kompetisi, ada satu lagi macam juara yang akhir-akhir ini banyak diperdengarkan. 

Juara Dihati 

Sebuah kemenangan, entah sejati ataupun tidak yang menggambarkan situasi ketika seorang atlet ataupun tim berhasil merebut hati karena perjuangan yang telah dilakukan. Kemenangan yang tentunya memberikan multi semangat buat para idola. Kemenangan yang mungkin tidak setiap atlet ataupun tim mampu mendapatkannya. 

Namun demikian, istilah “juara dihati” seringkali tidak bernilai saat hanya digunakan sebagai pembelaan atas kegagalan atlet ataupun tim menjuarai kompetisi. Walaupun merupakan sebuah pemompa semangat buat para atlet atau tim, predikat juara dihati tidak boleh dijadikan tujuan. 

Bahkan ketika belum melakukan pertandingan sekalipun para atlet ataupun tim pasti sudah mendapatkan predikat juara dihati oleh para fans nya. Yang seharusnya dilakukan adalah menjadi juara di kompetisi yang diikuti. Multi semangat yang timbul seharusnya menjadi pemacu untuk memenangkan kompetisi yang diikuti. 

Buat semua atlet, tim, dan semua idola dari fans-fans nya, berjuanglah untuk menjadi juara kompetisi. Jika hanya ingin juara dihati, tak perlu lah kalian susah payah untuk mengejarnya.

Senin, 24 Juli 2017

Lelaki yang Menspesialkan Perempuannya

Selain tidak bisa salah, satu lagi yang menjadi kelebihan perempuan adalah kemampuannya melakukan banyak hal dalam satu waktu. Multitasking, kemampuan yang sebenarnya juga dimiliki lelaki tetapi tidak mempu melakukannya sebaik perempuan. Contoh kecil, lihat betapa lihainya perempuan memasak, mengangkat telepon, serta mengurus anak dalam satu waktu dan semuanya selesai tanpa kesalahan sedikitpun. Lelaki? Bisa juga melakukannya hanya dengan tingkat keberhasilan yang berbeda. 

Jika perempuan lebih ahli dalam multitasking, maka lelaki lebih jago dalam multicaring. Sebuah kemampuan untuk care (peduli) pada lebih banyak orang (khususnya banyak perempuan) dalam satu waktu. Apakah perempuan tidak bisa melakukannya? Tentu saja bisa. Namun tidak sebaik lelaki dalam melakukannya. Sebuah kebenaran atau hanya kebenaran umum, yang jelas stigma tersebut sudah tersebar luas di masyarakat. 

Adalah berkah lelaki yang memiliki perempuan dengan kemampuan multitasking yang baik. Namun sebuah musibah (atau setidaknya merupakan hal yang tidak nyaman) perempuan yang memiliki lelaki dengan kemampuan multicaring. Dua keahlian berbeda yang ternyata tidak bisa saling melengkapi. 

Kamis, 20 Juli 2017

Membacalah

Mungkin sebagian dari kita sudah mengenal tulisan bahkan sejak sebelum mampu secara mandiri mengenakan pakaian. Namun faktanya sayang itu tak kunjung datang biarpun kenalan sudah lama dilangsungkan. Jangankan sayang, sampai level terbiasa pun amat jarang yang mampu melakukan. 

Berliterasi dalam tataran yang paling sempit (membaca dan menulis) masih dianggap sesuatu yang tidak memberikan manfaat apa-apa, masih dianggap sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan. Namun berbeda dengan kegiatan non kebutuhan lainnya, keinginan untuk membaca dan menulis amat jauh di bawah keinginan untuk mendapatkan hiburan. 

Pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya membaca (khususnya) masih cukup rendah sehingga aktivitas membaca menjadi salah satu yang paling sedikit peminatnya. Perlu dibangun kembali kesadaran akan pentingnya membaca sehingga aktivitas membaca dianggap sebagai kebutuhan yang tanpa melakukannya akan ada sesuatu yang berkurang, sesuatu yang hilang. 
Setiap ahli memiliki versi tersendiri akan manfaat dan fungsi membaca. Ahli neurologi, ahli psikologi, ahli pendidikan, dan bahkan pakar sosial kemasyarakatan pun memiliki penjelasan masing-masing akan manfaat dan fungsi membaca. Dan tanpa bermaksud menambah deretan artikel yang berisi pendapat ahli tentang manfaat membaca, ada pengalaman empiris yang dapat dibagikan terkait manfaat dan fungsi membaca.

Minggu, 09 Juli 2017

Mini Merapi bernama Telomoyo

Dan akhirnya sampailah kami di Puncak Gunung Telomoyo. Tidak ada kaki yang benar-benar kelelahan, tidak ada nafas yang ngos-ngosan, dan tiada pula pundak yang pegel akibat beban carrier yang berlebihan. Hanya motor yang sedikit overheat serta lengan dan pergelangan tangan yang capek. 
pemancar puncak gunung telomoyo

Memang untuk mencapai puncak gunung dengan ketinggian 1894 mdpl yang berada di Kabupaten Semarang dan Magelang ini tidak perlu berjalan seperti ketika mendaki gunung pada umumnya. Telah terdapat jalan beraspal yang dapat dilalui motor dan mobil sampai dengan puncaknya. Jalan yang dibangun karena adanya pemancar radio (repeater) dan landasan paralayang di puncaknya. Namun demikian, ukuran jalan cukup sempit dengan kondisi sudah banyak yang rusak. Perlu kewaspadaan ekstra untuk dapat mencapai puncaknya. 

Di puncak, terdapat pelataran (halaman) kantor repeater pemancar yang cukup luas untuk parkir kendaraan dan sekedar ngobrol (kumpul-kumpul). Terdapat pula beberapa jenis makanan yang dijajakan untuk menemani kumpul-kumpul. Secara potensi,seharusnya dapat dilihat gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Sindoro, dan Ungaran dari Puncak Telomoyo. Namun faktanya tidak banyak yang dapat dilihat. Selain karena satu gunung yang tertutup gunung yang lain juga karena masih banyaknya halangan pandang di puncak sehingga tidak memugkinkan untuk melihat dengan sudut pandang 360 derajat. 

Minggu, 02 Juli 2017

Just Tulis!

Entahlah, tetapi sepertinya memang banyak sekali hal yang ingin kutuliskan. Tentang keresahan-keresahan yang sudah menjadi endapan di kepala. Tentang gagasan-gagasan yang tentu saja belum terealisasikan. Juga tentang perasaan-perasaan yang belum sempat tersampaikan. Keingingan menggebu yang pada akhirnya hanya menjadi angan-angan. Keinginan tanpa tindakan yang takkan pernah berbuah apapun selain kesia-siaan. 

Keresahan, gagasan, dan perasaan yang semula kuat dan begitu dekat namun tiba-tiba hilang disaat adanya keinginan untuk mengikatnya erat-erat. Mengikat erat menjadi sebuat tulisan yang seharusnya bermanfaat. Dan faktanya, semakin dicoba ia dengan kuat-kuat, semakin huruf, kata, dan kalimat menjadi mampat. 

Salah satu alasan kemampatan hanyalah kemalasan dan lambatnya tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Keresahan, gagasan, dan perasaan tetap di dalam angan alaih-alih dikeluarkan dan ditungkan menjadi sebuah tulisan. Yang berkecamuk tetap dan hanya menjadi hal yang berkecamuk. Lupa akan satu hal yang berdampak pada kesempatan besar menghasilkan karya. 

Tulis! Satu kata, satu perintah, satu tindakan yang merupakan awal segalanya. Satu hal vital yang tidak boleh terlewatkan. Karya tulis, sebesar apapun itu takkan mampu tercipta tanda adanya satu kata awal yang dituliskan. 

Dan benar, kehilangan keresahan, gagasan, dan perasaan yang akan ditulis hanya terjadi saat awal niat menulis. Saat kata pertama telah dituliskan maka secara otomatis kata berikutnya akan mengikuti. Membentuk sebuah kalimat utama, manghasilkan kalimat-kalimat penjelas, dan akhirnya terciptalah sebuah tulisan. 

Just Tulis!! Dan semuanya secara otomatis akan mengantarkanmu pada penciptaan sebuah tulisan.

Senin, 26 Juni 2017

Cuti Bersama Idul Fitri 2017

Prasangka paling baik dari ditandatanganinya Keppres nomor 18 tahun 2017 tentang cuti bersama tahun 2017 adalah niatan baik dari Bapak Presiden untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai negeri sipil. Penetapan cuti bersama dan keharusan mengambilnya pada tanggal 23, 27, 28, 29, dan 30 Juni 2017 merupakan sebuah kabar baik dalam kaitannya melaksanakan program revolusi mental khususnya bagi pegawai negeri sipil. 
Sebuah “pemaksaan” untuk libur pada hari-hari yang memang tidak efektif untuk bekerja dan menyelesaikan pekerjaan merupakan langkah strategis untuk meminimalisir rendahnya produktivitas pegawai negeri sipil di semua instansi. “Pemaksaan libur” yang juga berarti meminimlaisir dan bahkan menghilangkan alasan-alasan pegawai untuk bermalas-malasan di awal masuk pasca libur lebaran. Tiada lagi alasan untuk tidak langsung memberikan pelayanan karena masih adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial. 

Sebuah “pemaksaan libur” yang juga berarti meminimlaisir pegawai-pegawai yang mengambil cuti di sisa hari di tahun 2017. Sisa-sisa hari di tahun 2017 yang berarti full formation pegawai dan juga full pelayanan. Sisa-sisa hari yang juga berarti hari-hari dengan pelayanan yang optimal. Hari-hari dengan produktivitas pegawai yang tinggi. 

Sebuah kabar yang menggembirakan bagi warga Negara yang membutuhkan pelayanan. 

Dan semua prasangka serta kabar baik segera sirna setelah tahu bahwa keharusan mengambil cuti saat hari-hari cuti bersama ternyata tidak mengurangi hak cuti tahunan pegawai. Sedikit mengecewakan karena akan ada hari hari setelah lebaran dimana pusat pusat pelayanan tidak full formatiaon dan tidak optimal dalam memberikan pelayanan. 

Dan sirnanya semua prasangka baik hanyalah akibat rasa iri yang mucul. Rasa iri yang timbul karena tiadanya libur sebanyak yang didapatkan pegawai negeri sipil.

Sabtu, 24 Juni 2017

Kalah Telak

Dan tinggal hitungan jam Ramadhan akan meninggalkan kita semua. Bulan istimewa dengan segala keutamaannya sebentar lagi akan usai. “Bulan ujian” sebagai pembuktian siapa yang layak mendapatkan predikat pemenang. Predikat yang ditandai dengan semakin bertaqwa nya bagi siapapun yang mendapatkannya. Sebuah predikat yang langsung diberikan oleh Allah SWT. 
Sebuah kemenangan hakiki yang seringkali terdistrosi oleh kemenangan-kemenangan semu. Sebuah klaim kemenagan yang otomatis didapatkan segera setelah Ramadhan terlewatkan. Syawal, dengan klaim sebagai bulan kemengan bagi siapapun yang telah melewati Ramadhan, bahkan tanpa mengikuti “ujian” di sekalipun. 

Bermodalkan kebiasaan ibadah selain di bulan ramadhan yang dibawa ke bulan ramadhan, kemenangan itu juga diklaim kan. Prinsip “Lebih baik sedikit tetapi konsisten daripada langsung banyak tetapi tidak konsisten” hanyalah pembenaran untuk merasa cukup akan ibadah yang biasanya telah dilakukan. Merasa tidak perlu untuk menambah intensitas dan kualitas ibadah di bulan Ramadhan. 

Kemenangan yang tidak benar-benar didapatkan. Sebuah kekalahan yang telak. Kondisi babak belur kalau tidak mau dikatakan hancur lebur. 

Penyesalan yang hanya akan menjadi penyesalan ketika tidak diikuti dengan tindakan perbaikan. Perbaikan yang hendaknya dilakukan selama sebelas bulan sebelum Ramadhan dan ditingkatkan sampai puncak ketika Ramadhan tiba. Upaya-upaya perbaikan yang harus juga disertai harapan-harapan agar bisa dipertemukan dengan Ramadhan di tahun berikutnya. 

Semoga semoga semoga 

Aamiin....

Kamis, 22 Juni 2017

Terima Kasih Tiang dan Mistar Gawang

Memang manusia Indonesia adalah makhluk yang paling mudah bersyukur. Kalaupun tidak mencapai level kesyukuran, budaya sopan-santun telah membuat masyarakat yang berada di dalamnya begitu mudah mengucapkan terima kasih, tidak terkecuali pada benda-benda tak hidup yang dianggap memberikan keuntungan. 
Tiang/mistar gawang adalah salah satu benda mati yang banyak menerima ucapan terimakasih. Dalam setiap pertandingan sepak bola, tiang/mistar gawang selalu menerima ucapan terima kasih dari sang komentator setiap kali bola membenturnya. 

“FC Kiper harus berterima kasih kepada tiang/mistar gawang karena telah menggagalkan usaha pemain FC Striker dalam mencetak gol” 

Tidak ada yang salah dalam memberikan ucapan terima kasih. Justru sebaliknya, terimakasih harus sebanyak mungkin dilontarkan untuk mengapresiasi. Untuk mengakui keberadaan dan keterlibatan manusia lain dalam setiap kehidupan kita. Yang mungkin seringkali salah adalah alasan kenapaucapan terimakasih dilontarkan. 

Menulis to the Point

Ada kepuasan tersendiri ketika menyelesaikan sebuah tulisan. Dan berlipat ganda dengan semakin banyaknya jumlah kata, kalimat, dan paragraf yang menjadikannya sebuah tulisan utuh. Dan perasaan tersebut berlangsung terus menerus sampai muncul kesadaran bahwa kualitas jauh lebih memberikan manfaat daripada sekedar kuantitas. Paling tidak dalam ruang lingkup tulisan. 

Sebuah topik bahasan dengan beragam kalimat penjelas semakin terasa menjemukan. Kalimat penjelas dan penduking seringkali dibuat sebertele-tele mungkin untuk mengejar kauntitas yang diinginkan. Dan hasilnya, justru pesan yang ingin disampaikan tidak pernah sampai tujuan. Bisa karena kalimat pendukung yang menyamarkan topik utama, bisa juga karena pembaca sudah jemu dengan ke-bertele-telean dan akhirnya berhenti membaca tulisan. 

Dan kini, pradigma bahwa kepuasan yang berlipat hanya didapatkan dari tulisan yang semakin banyak harus dihapuskan. Sudah saatnya belajar membuat tulisan sesingkat, sepadat, dan sebermanfaat mungkin. Tulisan dengan unsur kata, kalimat, dan paragraf yang jelas, tegas, dan langsung ke topik permasalahan. 

Waktu semakin berharga. Manusia ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Pembaca menginginkan lebih banyak topik bacaan daripada sekedar satu topik dalam satu waktu membaca. 

Menulis to the point merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan pembaca dewasa ini. Tanpa mengurangi sedikitpun informasi dan esensi, menulis to the point adalah salah satu cara mempertahankan dan bahkan meningkatkan minat baca masyarakat yang sudah ada. 

Menulis to the point adalah menulis untuk kebermanfaatan, buka sekedar menulis untuk kepuasan.

Selasa, 13 Juni 2017

Samakah?


Alhamdulillah bulan Ramadhan telah datang dan akan berlangsung hingga beberapa hari kedepan. Salah satu bulan spesial dengan banyak keutamaan, bulan dengan banyak keberkahan, bulan ketika manusia berlomba-lomba dalam kebaikan dan sebisa mungkin menghindari perbuatan penyebab kerusakan. 

Puasa, ibadah utama yang wajib dilaksanakan oleh orang-orang beriman selama Bulan Ramadhan. Ibadah yang di-spesialkan Tuhan karena pada saat puasa hanya Tuhan dan manusia yang bersangkutan yang tahu. 

Tanpa menggugurkan kewajiban berpuasa, pahala orang yang memberi buka orang berpuasa akan sama dengan orang yang berpuasa. Dengan salah satu alasan tersebut kemudian banyak masjid dan tempat-tempat umum menyediakan menu buka puasa gratis bagi siapa saja yang berkunjung. 

Takjil dan buka puasa gratis, salah satu momen yang ditunggu selama Ramadhan. Dengan maksud mengikuti kajian yang biasanya dilakukan sebelum pembagian takjil ataupun sekedar ingin mendapatkan makan gratis, takjil dan buka puasa gratis selalu laris manis. Selalu saja tidak tersisa dan bahkan kurang karena banyaknya orang. 

Minggu, 11 Juni 2017

Biar Mandi Sekali Sehari

Biar keceritakan padamu. 

Tetang betapa tidak mandi atau mandi maksimal sehari sekali itu perlu. 

Bukan tentang penghematan air ataupun ikut matinya bakteri baik tubuh 

Jauh lebih sederhana dari apa yang sering jadi pembenaran orang 

Sesederhana butuh kita akan makanan 

Secukup makan mampu menegakkan tulang belakang 

Berlaku ia hanya ketika badan sudah meminta 

Berlaku ia hanya ketika tubuh sudah memberi tanda 

Lebih dari itu semua, sudah masuk ia dalam golongan pemuas nafsu belaka

Kamis, 08 Juni 2017

Mempertahankan Resah

Tenang, kondisi nyaman yang membawa pada kestabilan. Kondisi menyenangkan yang membuat jaman bertahan pada ke-statis-an, dunia monoton dengan sedikit sekali kemajuan. Perubahan minimalis yang menekan terobosan-terobosan pendobrak kemajuan. Kondisi yang jika dipertahankan justru membawa kepada keterbelakangan-keterbelakangan. 

Keresahan, ketidaktenangan dan jauh dari kenyamanan tetapi justru membawa perubahan dan perbaikan besar. Kondisi melawan kestabilan dan kestatisan. Sebuah rasa yang mutlak dibutuhkan untuk menciptakan kemajuan-kemajuan. Lebih dari sekedar kemajuan, keberadaban juga dapat dimulai dari suatu keresahan. 

Resah tentu tidak sama dengan khawatir. Khawatir hanyalah ketidaknyamanan tanpa alasan, tanpa ada sebuah upaya untuk melakukan perubahan. Sementara resah adalah ketidaknyamanan-ketidaknyamanan dengan alasan, ketidaknyamanan disertai upaya untuk melakukan perubahan. 

Senin, 22 Mei 2017

Satu Hari Satu Kepekaan, Satu Penemuan, Satu Solusi

Aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan pokok selain sandang, pangan, dan papan. Walaupun baru “booming” pada akhir-akhir ini, aktualisasi diri sesungguhnya sudah menjadi kebutuhan pokok sejak dahulu kala, atau setidaknya sejak manusia berkebudayaan. Beragam tantangan akan pemenuhan kebutuhan, baik secara individu ataupun kolektif mendorong manusia untuk melakukan aktualisasi diri. 

Aktualisasi diri atau pengembangan diri dapat dilakukan dengan beragam cara dan atau pendekatan. Melatih kepekaan merupakan salah satu metode paling murah dan mudah dalam proses aktualisasi diri. Di jaman di mana yang abadi adalah perubahan, dan didukung oleh adanya perubahan yang sangat cepat, perubahan adalah sebuah keniscayaan. 

Keniscayaan perubahan membawa implikasi pada pradigma bahwa manusia juga harus berubah menyesuaikan kondisi jaman jika masih ingin berkembang, dan bahkan bertahan sekalipun. Peka pada kondisi lingkungan, baik fisik ataupun sosial menjadi sebuah keharusan dalam menghadapi tantangan-tantangan perubahan. 

Senin, 08 Mei 2017

Harga Handphone Second

Dariada aku pusing mencari handphone, biar kubeli aja handphone itu?! 

Berapa? 

Sejuta? 

Sejuta? Dua juta tiga ratus ribu rupiah baru kulepas hape ku ini untuk mu. 

Dua juta tiga ratus? Bukankah harga barunya tidak mencapai angka tersebut? 

Memang! Harga barunya satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. 

Kenapa second nya lebih mahal? 

Perhatikan! Mau menghitung juga boleh. Sejak hape ini di tanganku, aku telah mengeluarkan banyak biaya. Aku telah mengeluarkan biaya untuk membeli pulsa, membeli paket data untuk menikmati internet. Aku juga telah banyak melakukan charging pada hape ini. Tahu kan biaya listrik sekarang mahal?! 

Seharusnya tetap lebih murah dari harga baru karena hape mu ini pasti mengalami depresiasi. 

Mari kita hitung dan bandingkan biaya depresasi dengan biaya yang telah kukeluarkan untuk pulsa dan listrik!! 

Tapi ini kan sudah kamu pakai. 

Justru karena juga pernah kupake maka harganya jadi lebih tinggi. Kamu jadi tidak perlu repot repot untuk memastikan segala sesuatunya berfungsi normal. Tidak perlu khawatir adanya kerusakan produk dari pabriknya. Dan satu lagi yang menjadikan hape second ku ini lebih mahal dari barunya adalah, “ini adalah penghilang pusing dan bingungmu dalam mencari hape!” 

Mending kita berantem. Mungkin pusingku jadi hilang setelah berantem sama kamu.

Penasaran

Jadi bagaimana ujianmu tadi? Lancar? 

Alhamdulillah, semua berjalan degan baik walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. 

Kekurangan adalah wajar dalam sebuah pembelajaran. Ketidaksempurnaan adalah keniscayaan. Memang kurangnya dimana? 

Masih banyak penjelasan yang kurang detail. Banyak juga pertanyaan yang tidak tuntas jawabannya. 

Wah, justru bagus itu. Penjelasan yang kurang detail dan jawaban yang kurang tuntas adalah sebuah kelebihan. Tidak semua orang punya kelebihan itu. 

Terlalu mengada-ada kamu itu. 

Coba dengarkan! Yang kamu lakukan adalah hal yang bikin penasaran. Hal yang misterius. Kamu tahu kan betapa “worth it” nya sesuatu yang bikin penasaran. Sesuatu yang misterius. Bukankah perempuan yang misterius dan bikin penasaran jauh lebih menarik daripada perempuan yang blak-blak an dari awal? 

Serah kamu lah!!

Kamis, 20 April 2017

BER-PASSION-LAH

Kata orang, hidup ini harus ber-passion. Harus ada sesuatu yang kita bisa mengerjakannya dengan sepenuh hati. Sesuatu yang bahkan tanpa imbalan pun kita rela melakukannya. Sesuatu yang dengan melakukannya kepuasan kita dapat membuncah. 

Walaupun hanya kata orang dan kata orang tidak melulu harus dituruti, namun kata orang tersebut tidak sepenuhnya salah. Memang harus ada sesuatu yang menjadikan hidup lebih dari sekedar hidup. Setiap orang harusnya memiliki minimal satu passion untuk memperkokoh statusnya sebagai manusia. Status kemanusiaan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Status kemanusiaan yang telah dibekali kemampuan untuk kemudian harus dikembangkan. 

Dan sayangnya tidak semua manusia memilih untuk memiliki passion. Entah karena tidak mau menggali potensi diri, tidak mendapatakan akses untuk menggembangkan passion, atau memang tidak mau memiliki passion, banyak orang yang kemudian memilih untuk menjadi manusia yang sekedar hidup. Manusia yang mengikuti arus. Manusia yang selalu mengandalkan takdir tanpa mau berusaha untuk melakukan perbaikan. 

Alternatif

Faktanya, hidup bukanlah pilihan. Menjalani dan menghidupinya barulah terdapat banyak pilihan. Menjadi orang baik atau buruk. Menjalani suatu kegiatan atau kegiatan lain. Bahkan hidup yang mengalir mengikuti arus pun juga merupakan suatu pilihan. Dan segalanya butuh pengorbanan. Semuanya membawa konsekuansi. 
Keberhasilan dan atau kegagalan selain buah dari perjuangan yang akhirnya ditentukan oleh takdir juga merupakan konsekuensi dari pilihan yang diambil. Pilihan baik membawa keberhasilan atau kegagalan. Pilihan buruk sudah pasti membawa kegagalan. Banyaknya pilihan berbanding lurus dengan peluang keberhasilan. Semakin banyak alternatif pilihan, semakin besar kemungkinan keberhasilan. 

Selasa, 11 April 2017

Sistem Cuci Baju Kering

Jadi berapa lama bajumu tidak kau cuci? Lusa itu yang kau pakai, kemarin juga, dan sekarang pun kondisinya masih sama? 

Memang apa hubungan antara tiga hari dikenakan dengan dicuci dan tidak dicuci? Apakah hanya karena tiga hari dipakai lantas berarti itu belum dicuci? 

Memang tidak berarti. Tiga hari berturut-turut dikenakan tidak serta merta belum dicuci. Tetapi dengan pengalaman dan perhitunganku, sekilat-kilatnya mesin cuci, tidak ada yang bisa seperti itu. Setidaknya untuk saat ini. 

Ah, memang kau ini berpikirnya hanya untuk hari ini. Cobalah berpikir untuk masa depan. Kau tahu, mesin cuci sekarang telah menggunakan teknologi penghematan air. Di saat teknologi mesin cuci sekarang telah meminimalisir penggunaan air, justru aku sudah menerapkan nol mililiter air. Pakaian yang kini kukenakan kemaren telah kucuci dengan sistem kering. Dengan sistem pengering-anginan, “windbased system” kalau bahasa kerennya. Berbanggalah karena temanmu ini telah satu langkah di depan dalam penemuan dan penciptaan teknologi. 

Dan satu langkah di depan dalam hal kemalasan juga.

Sabtu, 18 Maret 2017

Menulis Kembali

Ada hal yang sedikit mengecewakan ketika tulisan yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Gagasan, entah besar ataupun kecil yang kemudian dikembangkan. Disusun dengan kalimat yang harapannya dapat diterima oleh banyak orang tetapi faktanya justru berkebalikan. Jangankan dapat diterima gagasan, dipahami kaliat penyusunnya pun susah dilakukan. 

Bahasan santai nan sederhana menjadi terkesan serius dan perlu pengulangan baca untuk memahaminya. “Keterampilan memang butuh waktu untuk mengasahnya”, begitu orang bijak sering berkata. Keahlian menulis tidak serta merta didapatkan hanya dari sekali duduk, sekali ketik, sekali menghasilkan tulisan. Perlu puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan kali percobaan. 

Kepausan sesaat adalah kemunduran. Latihan dan pengembangan adalah keniscayaan. Tidak akan bertahan lama apa yang dihasilkan lewat keberuntungan. Usaha dan kerja keras menghasilkan keberlanjutan. 

Dan akhirnya, menulis adalah keterampilan. Menulis adalah pengulangan. Dan menulis adalah kerja keras yang tidak boleh berhenti. Sekali berhenti maka akan mati, akan segera terganti. 

Sudah saatnya menulis kembali. Bangun dari harapan semu menghsilkan tulisan menawan yang tanpa latihan, tanpa pengorbanan. Saatnya kembali belajar menulis. Kembali ke dunia nyata tanpa berandai-andai dan bermimpi hampa. 

Terlepas dari yang baru seperti ini hasilnya, setidaknya telah berusaha dan berpihak kepada keberusahaan. 

Minggu, 12 Maret 2017

Kehilangan Gairah Menonton Pertandingan Sepak Bola

“Pertandingan bola jam 3 dini hari dinantiin, sholat isya jam 7 malem ditinggalin” 
“Pertandingan bola 2 x 45 menit rela ditungguin, ngaji Cuma 15 menit gak dilakuin” 
Bukan tanpa alasan jika selanjutnya banyak muncul satire tentang penonton pertandingan sepak bola. Cabang olahraga yang awalnya hanya pertandingan antar dua kesebelasan telah bertransformasi menjadi sebuah industri hiburan. Pertandingan-pertandingan yang tidak lagi sekedar menang-kalah secara score tetapi juga berkaitan erat dengan fanatisme dan keyakinan. 


Menyebar ke seluruh belahan bumi dengan cepat dan menjadikannya bahasa universal di dunia. Bahkan dalam beberapa kasus,sepakbola adalah sebuah agama. Agama yang bagi pemeluknya, segala yang berkaitan dengan sepak bola adalah ritual. 

Namun, ditengah hiruk pikuk persepakbolaan baik dunia ataupun lokal Indonesia, aku merasa telah kehilangan gairah dalam menyaksikan pertandingan sepak bola. Atmosfer pertandingan, keindahan permainan, serta semua hiburan yang ada di dalamnya tidak serta merta mendorong atau menarikku untuk dapat menyaksikannya full selama minimal 2 x 45 menit. 

Minggu, 26 Februari 2017

Manusia Nir Dengar Nasihat

Biar sedikit kunasehati! Terlalu tidak bijaksana menyimpulkan seseorang dari apa yang dituliskannya. Yang ditulis memang apa yang dipikirkan, tetapi yang dipikirkan belum tentu apa yang dirasakan.
Lalu bagaimana dengan ungkapan you are what you think? kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Jadi, apa salahku yang mengetahui suatu ungkapan kemudian sedikit meyakininya? Toh ungkapan tersebut juga sudah menjadi semacam kebenaran umum.

Tiada sedikitpun yang salah. Dan memang tidak untuk mencari siapa atau apa yang benar dan apa yang salah. Bukankah aku bilang tidak bijaksana, bukan tidak benar. Penulis, siapapun dan apapun jenis tulisannya, bisa saja dia memposisikan diri sebagai orang lain. Menjadi orang di luar dirinya untuk mendapatkan lebih banyak sudut pandang. Menjadi orang di luar dirinya untuk memunculkan simpati atau empati dari dalam dirinya. Bisa saja orang yang tangguh menuliskan hal cengeng atau juga sebaliknya. Terkait ungkapan you are what you think, saya rasa tidak benar-benar itu menjadi sebuah kebenaran umum. Setidaknya mungkin berlaku sangat minim bagi penulis. Tak perlulah kujelaskan panjang lebar alasannya. Namun, pada intinya, yang dipikirkan bisa jauh dan bahkan amat jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Ah,kamu ini memang pandai beralasan. Kalau memang lagi melankolis yang melankolis aja. Semua sudah jelas, baik tersirat ataupun tersirat dari tulisanmu. Mau kau mengakui ataupun tidak, aku tetap akan mengganggap yang kau tulis adalah dirimu. Kau menulis sesuatu yang girang ku anggap kau senang. Dan kaumenulis sesuatu yang melankolis, kuanggap kau sedang galau.

Terserah lah kalau memang maumu seperti itu. Bertambah satulagi berarti orang yang tak mau dinasehati. Setelah dua lainnya yaitu orang yang sedang jatuh cinta, pendukung pasangan calon kepala daerah, dan satu lagi, KAMU!

Sabtu, 25 Februari 2017

Keyboard Smartphone

Sedikit ataupun banyak, ini masih ada hubungannya dengan kemauan untuk berhenti menjadi gamers nanggung. Menjadi gamers non profesional hanya akan menyita terlalu banyak waktu sehingga banyak waktu produktif yang terbuang percuma. 

Waktu jeda atau waktu sengaja dijedakan untuk sekedar bermain game. Tidak ada atau mungkin minim sekali kebermanfaatan dari waktu jeda yang dimiliki.

Meninggalkan kegiatan bermain game hanya sekedar meninggalkan kegiatan yang tidak bermanfaat. Untuk menjadi ideal, diperlukan kegiatan lain untuk mengisi alokasi waktu yang ditinggalkan.

Menulis adalah salah satu kegiatan mudah yang sarat manfaat. Tak perlulah kujelaskan manfaat dari kegiatan menulis. Sudah terlalu banyak informasi akan hal tersebut.

Di sini, yang perlu ku tekankan. Menulis di kala jeda antar kegiatan. Menulis tidak dengan papan ketik komputer, tetapi menulis menggunakan papan ketik di layar smartphone.

Terlihat biasa, tetapi sebenarnya tidak biasa. Bagi orang yang tidak terbiasa mengetik menggunakan smartphone, salah ketik adalah keniscayaan. Tanpa kesabaran, tulisan tidak akan pernah terselesaikan karena banyaknya kesalahan ejakan. Tetapi disini mungkin letak seninya. Bagaimana tetap sabar dengan awalan yang banyak kesalahan dikombinasikan dengan menyatukan gagasan gagasan sehingga terciptalah suatu tulisan.

Dan sekali lagi, ini adalah tulisan hasil ketikan di layar smartphone. Satu dua kesalahan mungin wajar. Gagasan yang tak utuh yang tersampaikan mungkin juga wajar. Hakikatnya ini adalah latihan sabar. Mencoba berjuang ditengah kebelum nyamannan. 

Yap, biarlah aku berusaha keluar dari zona nyaman, walaupun Cuma sekedar belajar menulis dengan menggunakan keyboard di layar smartphone mini ini.

Rabu, 22 Februari 2017

Berhenti Menjadi Gamers Nanggung

Sekiranya di luaran sana telah banyak orang dengan segudang materi (penghasilan) dari game, telah kuyakini itu sebagai jalan rejeki mereka, entah sebagai developer game, analis game, atau bahkan gamers itu sendiri. Selain karena memang berbakat, waktu, tenaga, pikiran, bahkan modal telah mereka dedikasikan untuk selanjutnya mendapatkan apa yang memang pantas didapatkan.


Lalu bagaimana dengan manusia-manusia berlabel gamers nanggung yang semakin menjamur? Manusia-manusia nir visi dalam bermain game yang dengan sangat percaya dirinya mengakui bahwa bermain game hanya untuk bersenang-senang, mengisi waktu luang (bahkan ada yang sengaja meluangkan waktu), atau sekedar mengisi waktu jeda di sela kegiatan utama. Manusia-manusia yang demi kesenangan dan kepuasan sesaat rela mengorbankan peluang untuk mendapatkan hal yang lebih berharga dan bermanfaat.

Minggu, 19 Februari 2017

Balada Kopi


“Kenapa tak jadi kau mencicipi kopi dariku?” 

“Setelah kutahu perlakuanmu terhadap kopi itu, aku memutuskan untuk mengurungkan niatku?” 

“Perlakuan apa? Khawatirkah kau akan adanya sianida di dalam kopi buatanku?” 

“Bagiku lebih buruk dari itu! Telah kau lap cangkir untuk kopi itu dengan kaos mu yang semua orang telah tahu bawasannnya kaos itu telah kau pakai sejak sehari lalu. Bukankah itu menjijikkan?” 

“Lalu kanapa dengan cangkir yang telah ku lap dengan kaosku ini?” 

“Kaosmu tidak pernah bermasalah bagiku. Masalahnya adalah keringat yang menempel di kaosmu!” 

Rabu, 15 Februari 2017

Jemur Ekspres

Mentari bersinar dengan intensitas sedang. Tidak menyengat tetapi cukup menghitamkan atau bahkan menyebabkan penyakit kulit jika terpapar dalam waktu yang lama. Teduh tetapi cukup mampu untuk diubah menjadi sumber vitamin D oleh tubuh. Pagi dengan terang keemasan pantulan sinar mentari menghujam badan air di persawahan yang akhir-akhir ini susah dijumpai. Matahari memang tidak menampakkan diri sejak beberapa hari terakhir.

Udara bergerak cukup pelan namun cukup mampu pula menggerakkan rumpun padi dan batang-batang terbu di persawahan. Dan angin terasa semakin kencang seiring kecepatan berkendara yang juga ditingkatkan.

Dengan jaket dan celana basah akibat hujan semalam, dingin angin lebih dominan daripada hangatnya sinar mentari. Namun, keindahan pemandangan persawahan sepanjang perjalanan cukup mengalihkan dingin yang untungnya tidak sampai menusuk tulang. Dan dinginpun semakin berkurang seiring dengan kelembaban celana dan jaket yang juga semakin hilang.

Rabu, 08 Februari 2017

The Judgement Day


Pia-pie o paling penak yo sing maido 
Bagaimanapun juga, yang paling enak adalah yang berkomentar, yang hanya mengkritik, yang nyinyir. Begitulah kia-kira terjemahan Bahasa Indonesia dari kalimat di atas. 

Subyektif ataupun obyektif, dengan ataupun tanpa analisa, komentar, kritik, dan nyinyir memanglah hal yang paling mudah dilakukan. Hal-hal yang paling mudah tersebut yang juga paling enak dilakukan. Apa tidak enaknya dari mengkritik atas apa yang sudah dilakukan orang lain? Betapa mudahnya nyinyir dan berpikiran negatif atas pencapaian orang lain. 

Sebagai manusia sosio-follower, mengikuti trend adalah keniscayaan agar tidak terlindas kemajuan peradaban, termasuk nyinyir-menyinyir i. Baiklah, biar ku akui sejak awal, semua adalah murni nyinyir tanpa ada tendensi apapun. Semua hanya hasil iri hati atas apa yang akan, sedang, dan telah dicapai orang atau kelompok orang lain. 

Jangan mengharapkan keberadaan obyektifitas! Memang tidak akan pernah anda temui di sini. Semua hanyalah kritik yang menjatuhkan tanpa ada upaya mendorong pada perbaikan. Semua hanya prasangka picik nan negatif yang mencoba disebar di mana-mana. 

Jumat, 03 Februari 2017

Menyelamatkan Proyek dari Kegagalan

Masih hangat,bagaimana sebuah proyek satu hari satu tulisan baru saja dimulai kemaren. Sebuah pembelajaran, salah satu metode aktualisasi diri. Ujian akan kepekaan, kepedulian, penemuan, dan salah satu yang paling penting, konsistensi. Konsistensi, suatu hal yang kini mulai susah dijumpai. Faktanya, semangat membara kita pada suatu bidang kebanyakan akan hilang bersama dengan waktu yang terus berjalan. “obor blarak”, begitu orang jawa menyebutnya. 

Biar kutinggalkan teori soal konsistensi. Beralih ke tataran praktis, biar sedikit kutunjukkan kebisa/tidakbisaanku dalam memegang konsistensi. 

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, saat belum ada satupun kata yang tertuang. Belum ada gambaran hal yang akan dituliskan. Menuliskan ide dan gagasan besar, tidak akan cukup waktu yang tersedia, ya walaupun pasti akan banyak motivasi atau ledekan tentang terbangunnya Candi Prambanan hanya dalam waktu satu malam. 

Kamis, 02 Februari 2017

Proyek Satu Hari Satu Tulisan

Pernah suatu ketika saya mendengar dan atau melihat hingga mendapatkan sebuah informasi mengenai gerakan satu hari satu tulisan. Gerakan atau proyek untuk menghasilkan minimal satu tulisan setiap harinya. Sesuatu yang sudah diikuti oleh banyak orang entah dengan tujuan murni untuk aktualisasi diri ataupun untuk memenangkan suatu perlombaan.

Gerakan sederhana sarat manfaat yang banyak orang tidak mampu bertahan untuknya. Di logika, apa yang susah dari menghasilakan satu tulisan setiap harinya? Bahkan rutinitas yang notabene sesuatu yang diulang-ulang pun bisa menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan tulisan. Lebih sederhana dan menggampangkan lagi, topik yang diperbincangkan dengan orang lain seharusnya dapat menjadi satu sumber tulisan.

Faktanya? Tidak semua mampu bertahan karenanya. Terlalu banyak faktor, baik teknis dan non teknis yang mempengaruhinya. Tetapi bukan hal tersebut yang akan saya bahas di sini. Saya hanya akan sedikit membahas tentang ketertarikan yang berujung pada keputusan untuk menjadi salah satu bagian dari banyak orang yang sudah mengikuti gerakan satu hari satu tulisan.