Selasa, 29 November 2016

Hasil Aplikasi Teknik Pomodoro

Percayalah, saya tidak sedang mempersalahkan kemajuan teknologi yang juga memberikan dampak negative pada manusia. Gawai dengan segala macam fasilitas yang menyertainya sedikit banyak mempengaruhi tingkat konsentrasi pemakainya. Jangankan dalam menjalankan aktivitas dan pekerjaan, menjelang, sedang, dan setalah tidur pun gawai tetap menjadi pusat perhatian.

Bukan satu-satuya faktor, tetapi paling tidak, khususnya saat ini, gawai adalah salah satu pemecah konsentrasi paling mutakhir. Betapa banyak waktu produktif yang tersita karena adanya notifikasi di gawai. Mulai dari notifikasi pesan penting sampai dengan hal yang remeh temeh sedikit banyak menyedot perhatian sehingga mengganggu pekerjaan.

Tetapi bukan itu yang ingin kutekankan. Bukan lagi fokus pada sumber permasalahan, melainkan mulai mencoba untuk fokus pada pemecahan. 

POMODORO, merupakan suatu metode untuk meningkatkan produktivitas dengan cara meningkatkan fokus pada satu pekerjaan/kegiatan. Teknisnya, fokus pada suatu pekerjaan selama 20-25 menit kemudian istirahat selama 5-10 menit, lalu kembali fokus ke pekerjaan dan diulang sampai pekerjaan selesai. Perhatian harus benar-benar dipusatkan dan tidak boeh terlaihkan oleh hal-hal lain, semisal gawai dengan segala pemberitahuannya, teman sekerja yang mengajak berbicara, dan hal-hal lain yang mengalihkan perhatian dari pekerjaan.

Dan jadilah ini, tulisan amat sangat pendek hasil aplikasi teknik pomodoro. Tidak bisa dikatakan baik apalagi sempurna, dan memang bukan label itu tujuannya. Setidaknya, saya tahu bahwa butuh usaha keras untuk menghasilkan sedikit tulisan ini. Bukan usaha untuk membuat tulisannya, tetapi usaha untuk menahan diri dari pengalih perhatian selama teknik ini diaplikasikan.

Satu hal yang mungkin dapat diambil sebagai pelajaran, bahwa sebenarnya kita bisa menahan diri dari kesenangan-kesenangan semu yang melenakan. Kita bisa fokus pada kebermanfaaan dan kesenangan yang lebih hakiki dan berkelajutan.

Sekecil apapun hasil yang didapatkan, tetaplah berusaha dan mencoba. Setidaknya berusaha dan mencoba adalah bentuk keberpihakan kita pada ketidakpasrahan, pada ketidakmalasan, dan pada ketidakbodohan. 

Jumat, 25 November 2016

Penggrebekan Prostitusi Online

Lihatlah grafik dan data-data ini! Bukankah razia terhadap praktik prostitusi online sudah marak akhir-akhir ini? Berita-berita, baik lewat media cetak, elektronik, maupun online secara intensif sudah disebarkan. Tapi fakta ini menegasikan semuanya, menjungkirbalikkan logika-logika yang ada. Situs dan akun-akun prostitusi online justru meningkat traffic nya. Semakin banyak pengunjung situs dan akun-akun prostitusi online tersebut ditengah informasi maraknya razia terhadapnya. 

Tidak ada yang dinegasikan. Tidak ada pula logika yang dijungkirbalikkan. Justru fakta tersebut sesuai dengan alur logika berfikir kita. Bukan masalah sering diberitakan lalu banyak orang yang ingin tahu. Alasannya lebih esensial dari sekedar rasa ingin tahu. 

Razia dan penggerebekan umumnya dilakukan dengan datang bersama-sama kemudian melakukan sesuatu yang disebut dengan penertiban. Razia pedagang kaki lima dilakukan dengan cara beramai-ramai ke lokasi kemudian menertibkannya. Razia prostitusi konvensional pun demikian. 

Prostitusi online? Penggerebekannya pun dilakukan secara bersama dan ramai-ramai mengunjungi situs dan akun-akun prostitusi online tersebut. Bukankah jika demikian secara langsung dapat meningkatan traffic ke situs dan akun tersebut? 

Apa yang dinegasikan? Logika bagian mana yang dijungkirbalikkan?

Kamis, 10 November 2016

Berlarilah Waktu

Terdengar lirih putaran mesin kipas menghembuskan angin keheningan

Pada detak jam dinding yang membawa sang waktu terus melaju

Di sini, di balik dinding dipan-dipan kayu, aku hanya bisa terpaku

Terpaku dan terperanjat pada kesadaran akan hidup yang bermudarat

Waktu, bisakah kau sejenak berhenti dari mengajakku berlari?

Atau setidaknya membiarkankku sedikit menepi?

Ah, menepi…

Nafsu macam ini.

Sifat kemanusiaan mana yang membiarkan tuannya larut dalam ketidakmanfaatan.

Demi masa, aku meralat ucapanku atasmu, wahai waktu.

Berlarilah kau sesukamu

Berlarilah sekencangmu

Tak perlu sekarang kau mengajakku

Karena aku yang akan mengejarmu

Rabu, 02 November 2016

Menahan Diri dari Kerugian dan Ke-celaka-an

Sebentar lagi hari berganti. Malam berlalu menuju pagi. Sudah seharusnya tubuh ini diistirahatkan untuk menjalani esok hari. Tenaga, hati, dan pikiran hendaknya di-refresh untuk semua aktivitas yang besok dijalani. Semua aktivitas yang menghidupi, bermanfaat, dan memberi arti. 

Istirahat untuk persiapan esok hari? Perlukah itu dilakukan ketika hari ini hampir saja berlalu, tanpa sesuatupun yang bermanfaat dan memberi arti?

Sebuah pola pikir salah ketika tetap memutuskan untuk istirahat demi persiapan esok hari. Ini bukan teori dan logika sunk cost fallacy, dimana kita bisa mengabaikan/meninggalkan suatu hal/modal ketika hal tersebut akan lebih merugikan saat tetap dipertahankan. Ini hanyalah tentang hidup di hari ini. Hidup di hari ketika hari ini tidak boleh sama apalagi lebih buruk dari hari kemarin. Ini adalah hidup yang tidak ada jaminan untuk esok hari. 

Dan saya memilih untuk mencoba memberi arti dengan membuat tulisan ini. Tulisan yang kalaupun tidak memberi manfaat untuk orang lain, biarlah memberi arti untuk diriku sendiri. 

Egoiskah?

Selasa, 01 November 2016

Kompetisi Pribadi

Dan kau telah mengalahkanku berkali-kali. Membuatku terjatuh di lubang yang sama hingga tak terhitung jumlahnya. Ibarat keledai, aku adalah keledai dungu nan “ndablek” yang sudah jatuh dan tertimpa tangga. Yang di depan orang lain terlihat seperti pahlawan namun serta merta menjadi pecundang begitu denganmu aku dihadapkan.

Beragam kompetisi pernah kumenangkan, banyak pihak yang secara langsung ataupun tak langsung kukalahkan. Namun, tak sekalipun aku merasa pernah mengalahkanmu. Kemalasanku, tak bisakah kau sedikit mengalah untuk menyempurnakan kemenangan-kemenanganku?

Sedikitlah mengalah untuk menjadikan hidupku bukan sekedar hidup. Hidup yang dapat memberi arti. Memberi arti baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Jika kau bagian dariku, pastilah kau tahu mereka yang disekitarku yang mampu memberikan arti, minimal untuk diri mereka sendiri. Lihatlah mereka yang berbahagia dengan kerasnya usaha. Usaha keras yang terbayar dengan keberhasilan-keberhasilan dengan tuntas. Contohlah kemalasan mereka, makhluk yang sama denganmu, sedikit mengalah untuk memberikan kesempatan orang-orang agar berarti. 

Ah tidak. Kemalasan mereka tidak mengalah untuk tuan nya. Mereka lah yang mampu mengalahkan kemalasan-kemalasan mereka sendiri. Sudah muncul kesadaran mereka akan posisi kemalasan dalam dirinya. Dan sebagaimana yang telah orang-orang lakukan, tak perlulah kau mengalah untukku. Biar aku mengalahkanmu karena memang aku mampu untuk itu. Biar aku dengan segenap daya dan upayaku yang mengendalikan mu. Suatu daya dan upaya yang mencerminkan nilai sportifitas, suatu kemenangan terhormat atas suatu usaha, bukan karena pemberian atau proses sengaja mengalah.

Sabtu, 01 Oktober 2016

PEDEKATE LAGI, DEKAT KEMBALI

Jadi, dari mana aku harus memulai lagi semuanya?

Pernah dekat, bahkan sangat dekat. Terpisah dalam waktu yang lama tanpa komunikasi. Dan kini, harus dipertemukan kembali. 

Aneh, lebih tepatnya “kikuk”, salting, dan awkward. 

Bingung? Sudah pasti.

Sepertinya memang harus memulai kembali dari awal. Tidak, sesungguhnya idak semuanya, tetapi paling tidak sampai fase di mana aku bisa biasa kembali, aku dekat denganmu lagi, akrab dan kau akrabi. 

Akselerasi perkenalan, semacam perkenalan singkat untuk menghilangkan “kikuk”, pendekatan, lalu biasa seperti sebelumnya. Seperti sebelum kita terpisah lama seperti ini. Seperti saat ketika aku tidak bingung memulai segala sesuatunya denganmu. Seperti saat ketika kepekaanku terhadapmu sedang tinggi-tingginya.

Jika hidup adalah soal keberpihakan, maka upayaku ini adalah bentuk keberpihakan pada kebermanfaatan. Bentuk konfrotasi pada mudarat dan kesia-siaan. 

Upayaku untuk kembali menulis adalah upaya minimalisasi waktu-waktu jeda dan waktu waktu yang dijedakan yang tidak produktif. Waktu yang sekedar berlalu tanpa ada sedikitpun pertanggungjawaban. 

Baiklah, biar kumulai lagi semuanya dari sini. Dari tulisan singkat ini. Memang tidak ada yang dapat diambil oleh orang lain, tetapi penting untuk motivasi, untuk memunculkan “sense of” “kepekaan-kepekaan” unsur dan pendukung-pendukung dalam membuat tulisan. 

Bismillahirrohmanirrohiim…

Inilah niat dan salah satu bentuk keberpihakanku padamu. Pada guna dan kebermanfaatan. Dan jika keberpihakanku pada guna dan kebermanfaatan adalah terlalu berlebihan, maka inilah bentuk keberpihakanku pada minimalisir waktu yang berlaku sia-sia.

Jumat, 24 Juni 2016

MEFT PROJECT

Sebuah program atau proyek yang saya namai dengan satu penggalan kata dari nama tengahku. 

Filosofi? Sama sekali tidak ada filosofi dari pemilihan nama tersebut. Tidak pula bermaksud promosi dengan brang meft. Kecuali username untuk akun clash royale dan clash of clans, tidak ada produk apapun yang saya keluarkan dengan brand meft. Murni hak prerogratif dan mungkin sedikit egoisme pribadi saya memilih nama tersebut. Nama adalah doa, tetapi apa yang dilakukan si pemilik nama adalah esensi doa itu sendiri. Dalam kasus ini, saya lebih setuju bahwa nama tidaklah berarti apa-apa kecuali sebagai penanda.

Jangan berharap lebih dengan menganggap meft project adalah program pembangunan dan kaya akan kebermanfaatan. Tidak ada program untuk membangun masyarakat Indonesia seluruhnya dan manusia Indonesia seutuhnya. Sama halnya dengan pemilihan nama, kegiatan dalam proyek ini juga murni hak prerogratif dan egoisme pribadi saya.

Meft project hanyalah perjanjian pribadi, motivasi, dan pengingat untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kalaupun tidak bisa disebut dengan berkarya, setidaknya bukan hal yang merugikan diri sendiri pada khususnya dan khalayak pada umumnya.

Jumat, 17 Juni 2016

Tak Hilang Kesempatan Berjodoh

Susana semakin santai dengan hamburan cahaya remang dan gemercik suara air mancur di taman. Di bilik berukuran empat meter persegi sebuah rumah makan bergaya tradisional tersebut lima pemuda semi bapak-bapak mengisi perut setelah seharian berpuasa. 

“Mengapa pilih tempat di sini? Terlalu dekat tempat ini dengan akses utama. Akan banyak orang berseliweran di depan kita nantinya”, tanya Alfa pada Beta, salah seorang yang memesan tempat tersebut.

“Justru itu yang dicari. Semakin banyak yang lewat, semakin besar kemunkinan untuk melakukan seleksi”, jawab Beta dengan santainya.

“Itu hanya berlaku buatmu Mas. Aku dan Alfa sudah punya putri, Charlie bulan depan akan menikah, Delta sudah punya pacar. Hanya kamu di sini yang jomblo”, Omega menanggapi dan diikuti gelak tawa dari yang lainnya.

“Yap benar. Aku yang sekarang sudah sangat berbeda dengan yang dulu. Semasa kuliah, berkenalan atau bahkan berpacaran adalah hal yang mudah buatku. Dulu kesempatan dekat dengan perempuan bukanlah hal yang perlu dirisaukan. Sekarang, jangankan sampai dekat, kenalan saja susahnya bukan main”

“Tuhan sudah memberimu kesempatan untuk serius dengan satu perempan Mas. Tapi sayang, kamu justru menyia-siakan kesempatan yang diberikan padamu. Tapi tenang Mas, kesempatan tidak hanya akan datang sekali, termasuk kesempatanmu mendapatkan jodoh. Yakinlah bahwa akan datang kesempatanmu untuk mendapatkan jodoh. Ya, walaupun mungkin kesempatan keduamu itu akan hadir di fase kehidupanmu berikutnya, di akhirat kelak”, tanggap Delta dengan santai yang juga diikuti oleh gelak tawa kelimanya.

“Sudah-sudah makan dulu, keburu waktu buka nya habis”…….

Senin, 30 Mei 2016

Mencari Barang Hilang di Pasar Klitikan

Dalam kepanikan yang semakin menjadi ditambah lelahnya berjalan menyisir lapak, keringat Dendi mengucur dengan deras. Baju abu-abu terang bertambah gelap akibat basah keringat. Belum ada sedikitpun tanda kalau Dendi ingin beristirahat. Sebaliknya, dia berjalan semakin cepat untuk dapat menelesaikan penyisiran semua lapak yang ada di pasar.

“Kita sudah menyusuri hampir semua lapak yang ada di pasar ini Den. Lapak gadget, sepatu, pakaian, jam, helm, onderdil kendaraan sudah kita susuri. Penjual barang-barang baru dan second pun sudah kita datangi. Sebenarnya apa yang kamu cari?”, Tommy yang menemani Dendi akhirnya angkat bicara. Lelahnya yang akhirnya memaksa Tommy untuk bertanya. Biasanya Tommy hanya akan diam saja ketika Dendi sedang panik. 

“Kalau kamu capek, istirahat aja Tom! Nanti aku samperin kalau sudah selesai. Lagian pasar klitikan ini kan gak gede-gede banget. Bentar lagi juga tersisir semua lapaknya”

“Kamu nyari apa? Dari tadi cuma jalan, gak ada satupun pedagang yang kita tanyain”

“Aku denger di pasar ini kita bisa nemuin barang yang ilang. Ya aku ke sini buat nyari barangku yang ilang”

“Ilang? Emang apamu yang ilang Den? Bukankah dari kemarin kamu tenang seperti tidak pernah kehilangan apapun?!”

“Cinta. Cintaku yang hilang, Tom”

“Aku istirahat aja Den! Menurutku kamu salah lokasi buat nyari Den! Harusnya kamu ke Pakem, ke salah satu rumah sakit jiwa di sana. Yang ilang itu bukan cintamu, tapi kewarasanmu!”

Gerakan Sehari Tanpa Membungkus Nasi

Bukan maksud saya untuk melarang orang lain untuk berhemat dengan membawa bekal makanan dari rumah. Bukan pula menghalangi penerapan pola hidup higienis yang diterapkan dengan cara mengkonsumsi makanan yang dimasak sendiri. Bukan membungkus nasi dalam batasan bekal, tetapi membungkus nasi dalam arti yang sebenarnya. Membungkus nasi dalam pengertian membeli nasi di warung, membungkusnya dengan kertas minyak, kemudian dibawa keluar dari tempat membelinya. 

Di lingkungan rumah, sekolah, ataupun perusahaan dan pabrik-pabrik pasti terdapat penjual makan yang menawarkan beraneka macam masakan. Demi alasan kepraktisan atau efisiensi waktu, banyak diantara orang-orang yang membungkus nasi kemudian dimakan di rumah, dalam kelas, ataupun perusahaan dan pabrik-pabrik.

Lantas apa yang menjadi masalah?

Jika dalam satu pabrik terdapat 1000 karyawan yang 50 persen-nya membungkus nasi, maka sudah terdapat 500 kertas minyak bekas yang sudah beralih status menjadi sampah. Jika satu lembar kertas minyak memiliki bobot 10 gram, maka akan ada 5 kg kertas yang sudah berstatus menjadi sampah. Bisa dihitung berapa jumlah sampah kertas minyak yang dihasilkan dalam sehari dari sejumlah perumahan, sekolah, dan perusahaan?

Bukan hal yang mendesak, tetapi penting untuk diperhatikan. Penting karena terdapat potensi masalah yang lebih besar jika dibiarkan berlarut. Gerakan sehari tanpa membungkus nasi hanyalah satu dari sekian banyak solusi yang mungkin dapat menyelesaikan masalah. Tetapi, lebih dari itu, gerakan sehari tanpa membungkus nasi adalah salah satu bentuk kesadaran partisipatif kita terhadap isu-isu lingkungan yang ada. 

Jadi buat apa membungkus nasi yang justru menghasilkan lebih banyak sampah? Bukankah memakan langsung di warung bersama teman membuat pikiran lebih cerah tanpa menambah lebih banyak sampah?!

Kamis, 26 Mei 2016

Menjaga Kewarasan dengan Berliterasi

Telah hilang sebagian kewarasan dalam diri kita, manusia. Iki jaman edan, sopo sik ora ngedan ora bakal keduman. Orang-orang harus saling mengalahkan untuk mendapatkan sesuap nasi, harus saling sikut dan menjatuhkan untuk mengumpulkan rejeki. Manusia berlomba menciptakan sensasi untuk mempertahankan eksistensi diri.

Sensasi, telah menjalar ia kepada sendi-sendi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Yang semula hanya berkutat pada jagat hiburan, sensasi kini telah sampai pada aras-aras pemikiran, aras logika. Literasi dalam makna yang sempit, “membaca dan menulis” telah disusupi oleh antek-antek pemuja sensasi. Baca-tulis yang belum menjadi budaya pada kenyataannya mampu menciptakan perselisihan, merongrong persaudaraan dan memecah belah persatuan.

Berita dan informasi yang siapa saja dapat memproduksi, mengkonsumsi, dan mengkritisi menjadi alat penyebar kebencian yang baru. Kebenaran disamarkan dan fakta diarahkan kepada golongan pemiliki kepentingan. Informasi yang seharusnya mengokohkan dasar pengambilan keputusan dan tindakan faktanya justru mengacaukan nalar. Logika dibenamkan oleh banyaknya kebenaran umum yang beredar. Tidak ada yang abu-abu. Adanya hitam atau putih. Dan keduanya memliki pendukung yang sama banyaknya. 

Sabtu, 07 Mei 2016

Euforia Lulus Setingkat Sekolah Menengah Atas

Manusia normal pasti akan bahagia mendengar kabar gembira. Tidak terkecuali mereka yang sudah ketiga kalinya dinyatakan lulus dari satuan tingkat pendidikan. Lulus SD, SMP, dan SMA atau yang sederajatnya. Pengumuman kelulusan SMA membawa serta kebahagian bagi mereka yang dinyatakan lulus ujian. Tiga sampai empat hari yang menentukan hasil perjuangan selama tiga tahun terlewati sudah. Terlewati dengan ujung yang menggembirakan.

Kegembiraan yang menjurus pada euforia. Kegembiraan pribadi yang kemudian merugikan atau paling tidak merugikan orang lain. Momen kelulusan yang dirayakan dengan corat-coret baju dan konvoi. Tidak ada yang dirugikan dengan corat-coret seragam, walaupun sebenarnya akan lebih bermanfaat ketika baju diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Dan tidak ada yang diuntungkan dari konvoi yang dilakukan. Justru kecenderungan untuk menimbulkan kerugian yang terjadi. Berkendara keliling kota dengan knalpot berisik, ugal-ugalan, dan tidak mengindahkan tata tertib berlalu lintas selain mengganggu tentu saja membahayakan keselamatan. 

Anehnya, beberapa pihak yang seharusnya memberikan arahan dan mengatur ketertiban justru seolah permisif dengan apa yang terjadi. Hanya setahun sekali, untuk merayakan kebahagiaan, atau mungkin sudah menjadi tradisi tahun ke tahun menjadi dalih pembiaran. 

Jumat, 15 April 2016

Aku Menulis Diary Maka Aku Cemen?

Dear diary,
Hari ini aku capek. Capek hati, pikiran dan tenaga. Pacar jalan sama orang, kerjaan satu belum kelar ditambah pekerjaan yang lain. Bla bla bla bla ……………………………………………………...
Template yang menjadi semacam aturan tidak tertulis ketika menulis catatan harian. Kalaupun mungkin sudah tidak berlaku di jaman sekarang, paling tidak pernah menjadi template catatan harian untuk orang-orang generasi 80 dan 90. 

Karena umumnya berisi curahan hati, diary lebih diidentikkan dengan kaum perempuan. Ada anggapan dan mungkin sudah menjadi kebenaran umum bahwa perempuan lebih menonjolkan perasaan sedangkan laki-laki mengedepankan logikanya. 

Lalu bagaimana kalau seorang lelaki menulis diary? Membuat sebuah catatan harian? Dapatkah dia dikatakan lelaki yang keperempuan-perempuan an? Lelaki cemen?

Diary bukan melulu tentang curahan hati
Relatif. Banyaknya manusia dengan keberagaman pandangannya tentu saja tidak menghasilkan satu suara bulat, ya atau tidak. Akan tetap ada pandangan bahwa lelaki yang menulis diary adalah cemen, dan tetap ada pula yang berpandangan sebalinya.

Rabu, 13 April 2016

Rebutan Rejeki

Heboh kita dikabari ribut-ribut antar penyedia jasa angkutan transportasi. Penyedia jasa angkutan konvensional yang notabene eksis terlebih dahulu bersikeras melarang beroperasinya jasa angkutan online. Demo besar-besaran, aksi mogok, dan bahkan pengrusakan adalah beberapa bentuk aksi pelarangan yang dilakukan.

Belum adanya ijin operasi yang dimiliki oleh penyedia jasa angkutan online menjadi alasan pelarangan. Namun banyak pula yang berpendapat bahwa pelarangan dipicu oleh rebutan rejeki. Jasa angkutan online telah “mengambil” rejeki penyedia jasa konvensional. Keberadaan jasa angkutan online telah mengurangi pengguna jasa angkutan konvensional yang berakibat pada berkurangnya pendapatan penyedia jasa angkutan konvensional.

Jika memang alasan ribut-ribut dan demo adalah rebutan rejeki, maka telah salah sasaran yang mereka lakukan. Tidak seharusnya penyedia jasa angkutan konvensional memprotes keberadaan jas angkutan online. Yang justru harusnya mereka protes adalah ayam. Ya, ayam. Karena sesungguhnya yang bisa mematok rejeki adalah ayam. Apalagi kalau sampai bangun kesiangan, pasti habis rejekinya dipatok ayam.

Selasa, 12 April 2016

Memberi Arti Hidup

Tidak peduli siapakah Anda. Apakah seorang pelajar, mahasiswa, pekerja, pengusaha, ataupun yang lainnya, hidup haruslah memiliki arti. Bukan “arti” yang bermakna sempit dan mungkin bullshit seperti yang digaung-gaungkan pasangan muda-mudi kebanyakan masa kini. Sebuah arti yang bersifat konkret dan memberikan lebih banyak kebermanfaatan baik untuk diri sendiri ataupun juga orang lain.

Arti yang sebenarnya memiliki beragam definisi, memiliki penafsiran yang sangat luas. Tetapi, di sini saya hanya membatasi pada kepercayaanku pada Illahi. Tapi tenang, ini bukan tulisan yang penuh dengan dallil dan ayat-ayat dari dalam kitab suci.

Buya Hamka pernah menuliskan, “Jika sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika sekedar bekerja, kera juga bekerja”

Harus ada arti yang membuat manusia menjadi manusia seutuhnya. Arti yang membuat manusia otentik dengan segala kesempurnaan penciptaanya. Arti berupa kemauan untuk berlomba dalam kebaikan, untuk memberikan kebermanfaatan, dan arti berupa kesadaran akan latar belakang ia diciptakan, kesadaran akan alasan ia melakukan kegiatan.

Pelajar dan mahasiswa, belajar; Pekerja dan pengusaha, bekerja; dan status-profesi lain beserta tanggung jawabnya masing-masing harus memiliki nilai lebih dari sekedar tanggung jawabnya. Belajar yang bukan sekedar belajar. Bekerja yang bukan sekedar bekerja. 

Jumat, 08 April 2016

Diet Ketat Waktu Tidak Produktif

Ada banyak perempuan yang menahan diri dari memakan makanan yang menggoda selera banyak orang.

Terdapat banyak penderita penyakit tertentu yang menghindar dari mengkonsumsi makanan yang banyak orang rela membayar mahal untuk bisa mencicipinya.

Mungkin pada awalnya adalah keterpaksaan dan penderitaan. Bagi sebagian orang pun dianggap sebagai suatu bentuk pengingkaran akan nikmat yang Tuhan berikan. Namun, ada nilai kebaikan dibalik penderitaan dan anggapan negative orang lain. Akan timbul kerelaan dan kebahagiaan pada akhirnya. Dan bukanlah pengingkaran nikmat yang sejatinya dilakukan, tetapi justru bentuk kesyukuran yang lebih besar atas nikmat dan kesempatan yang diberikan Tuhan.

Diet, pada awalnya mungkin menyiksa, pada awalnya mungkin memang dinilai khufur nikmat. Akhirnya akan memunculkan kebahagiaan. Akhirnya orang akan sadar kalau diet sebenarnya adalah bentuk mensyukuri nikmat.

Diet juga bisa berlaku dalam sistem penggunaan waktu, tidak terkait makanan melulu. Menahan diri terhadap penggunaan waktu yang tidak berguna, tidak bermanfaat, dan tidak produktif adalah bentuk diet. Diet yang jelas memberikan lebih banyak manfaat daripada mudarat. 

Rabu, 06 April 2016

Bertambah Perbendaharaan Kota yang Kukunjungi

Setiap perjalanan adalah pengalaman
Setiap pengalaman adalah pembelajaran
Dan setiap pembelajaran adalah kebaikan
Dunia itu luas. Dan jangankan dunia, Indonesia yang merupakan bagian kecil dari dunia ini pun juga luas. Bukan hanya luas yang dapat dinyatakan dengan satuan m persegi yang membentang dari Sabang sampai Merauke, tetapi “luas” pula budaya, kehidupan sosial, dan aneka macam yang lainnya lagi. Mengunjungi Indonesia adalah mengenal Indonesia dan segala yang ada di dalamnya dari sudut yang paling ideal, dari tempat yang paling dekat dengan keindonesiaan itu sendiri.

Alhamduliiah Tuhan memberikanku kesempatan untuk tinggal, singgah, atau mungkin hanya lewat di sebagian kecil dari wilayah Indonesia. Sebuah kesempatan untuk melihat keunikan wilayah yang seharusnya dapat semakin menambah kekaguman dan kecintaanku pada ibu pertiwi. Kesempatan untuk mengamati kehidupan masyarakat dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang seharusnya juga menambah kepekaanku untuk membangun Indonesia tanpa ada satupun orang yang dirugikan.

Setelah lahir dan dibesarkan di Wonogiri, yang bahkan antar satu kecamatan dengan kecamatan yang lainnya sudah memiliki keberagaman budaya dan bentang alam, Tuhan memberikan kesempatan untuk mengunjung seluruh kota/kabupaten di Karisidenan Surakarta. 

Rabu, 30 Maret 2016

Psimistis Senja


Senja datang lagi,,

Syarat bergantinya hari telah terpenuhi

Meninggalkan cerita dan kisah hari ini

Senja datang lagi

Namun sudah tidak sama dengan tempo hari

Senja ini, aku benci.

Senja yang melahirkan kekhawatiran keadaan esok hari

Senja ini, aku benci

Senja yang mengahiri indahnya cerita hari ini

Dan esokpun senja akan hadir kembali

Dengan janji-janji yang tak pernah satupun ia ingkari.

Jumat, 18 Maret 2016

Dialog Diri, Motivasi Lewat Mimpi

“Bangsat seperti apa kamu ini?”, terikan keras itu berasal dari luar kamar Bills. Teriakan disertai dengan gedoran-gedoran pada pintu kamar. Senyenyak apapun orang tidur, pasti akan terbangun oleh hal semacam itu. 

“Bangun bangsaat! Mau jadi apa kamu kalau jam segini masih tidur?”, ketiadaan jawaban dari dalam kamar membut Zats harus mengeluarkan dua kalimat tambahan. Mengeluarkan energi lebih banyak lagi untuk membangunkan saudaranya. 

Tanpa sepatah katapun menjawab pertanyaan saudaranya, Bills langsung membuka pintu. Terlihat kamar berukuran 3 x 3 meter sangat berantakan. Buku, sarung, dan pakaian entah bersih atau kotor berserakan di atas kasur. 

“Bisa lebih sopan gak sih manggilnya? Ayah dan ibuku, yang juga orang tua mu memberi aku sebuah nama yang baik. Nama yang juga merupakan doa keduanya untuk ku. Harapan yang digantungkan kepadaku.”

“Doa? Harapan? Tak ada sedikitpun keraguanku atas kebaikan dan keberkahan doa ayah dan ibu untukmu. Lalu apa yang sudah kamu usahakan atas doa dan harapan itu Bills? Apa yang selama ini telah kamu upayakan untuk setidaknya memperjuangkan impianmu?

Tidak sepatah katapun keluar dari mulut Bills. Tidak ada pembelaan sedikitpun atas lontaran kata-kata Zats kepadanya. Bills hanya terdiam, seolah memikirkan sesuatu. Merenungi dan mungkin menyadari semua kesalahan dan ketidakmampuannya mengontrol dirinya sendiri.

Selasa, 15 Maret 2016

Gambar Postingan Tidak Relevan

“Images speak louder than words”, 
Begitulah yang tertulis di salah satu banner penawaran pemasangan iklan. Dan tidak hanya lebih keras, gambar juga mampu menjelaskan lebih banyak dari kata-kata. Namun, tidak selalu gambar mampu memberikan lebih banyak dan lebih baik daripada kata. Terdapat ambiguitas yang tinggi pada sebuah gambar. Penafsiran akan beraneka macam dari hanya satu buah gambar. Untuk memberikan output satu tafsiran informasi, gambar tidak cukup mampu untuk melakukannya. Diperlukan penjelasan dengan minimal satu atau dua buah kalimat. Dengan kata-kata.

Pada sebuah postingan blog. Hanya tulisan panjang tanpa gambar akan hambar dan membosankan. Gambar atau ilustrasi yang relevan dengan artikel akan menguatkan artikel yang ditulis, akan memberikan sebuah bukti. Lalu bagaimana kalau gambar yang ditampilkan tidak relevan dengan judul postingan, dengan isi yang terdapat pada artikel?

Beberapa postingan terakhir dalam blog ini dan waktu yang akan datang, telah ada dan mungkin akan semakin banyak postingan/artikel dengan gambar yang tidak relevan dengan isi artikel. Bisa jadi postingan tentang pendidikan tetapi yang muncul adalah gambar gunung. 

Selasa, 01 Maret 2016

Per Satu Maret Dua Ribu Enam Belas

“Setiap orang harus tumbuh dan berkembang setiap waktu”, Salah satu kalimat motivasi yang enak didengar namun belum cukup mampu untuk diterapkan. Pertumbuhan dan perkembangan adalah parameter keberuntutngan seseorang. Orang yang beruntung adalah orang yang senantiasa tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Bukan hanya tumbuh dan berkembang dari sisi fisik yang direpresentasikan dengan pertambahan bobot dan tinggi badan, tetapi juga meliputi perkembangan pola pikir, sikap, dan juga akhlak.

spot gunung prau

Senantiasa tumbuh dan berkembang merupakan hal yang dapat direncanakan. Resolusi-resolusi yang bertebaran setiap awal tahun salah satu contohnya. Dalam tulisan ini, saya ingin sedikit membuat resolusi. Sebuah resolusi akan tindakan-tindakan yang sederhana yang semoga dapat memperbaiki kualitas kehidupan saya.

Senin, 29 Februari 2016

Berkurang Kepekaan Menulis

Sekali lagi harus kutekankan, menulis adalah keterampilan. Dan sebagai keterampilan, keahlian hanya bisa didapatkan jika dilatih dan dipraktikkan secara terus menerus, berkesinambungan, dan tidak mengenal kata lelah. Dan jika usaha dilakukan setengah-setengah dan cepat lelah, satu kata pada akhirnya “kalah”. Kekalahan dalam bentuk hilang atau berkurangnya keterampilan. Kalah dalam bentuk hilangnya kesempatan menjadi seorang ahli.
pemandangan di  pembibitan karet balai penelitian karet getas

Bukti telah banyak, yang paling jelas, dekat, dan dapat menjadi contoh konkret adalah diri saya sendiri. Saya tidak menyebut diri saya terampil menulis sebelumnya. Tidak menyebut saya ahli menulis sebelumnya. Namun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam menghasilakn tulisan ketika masih rutin menulis dengan saat sudah jarang menulis.

Kepekaan pada sumber ide berkurang
Ide tulisan dapat datang dari manapun. Dari tulisan orang lain, pengalaman sehari-hari, pengamatan lingkungan, atau juga hasil pikiran yang mendalam. Vakum sementara dalam kegitan menulis berpengaruh terhadap kepekaan terhadap semuanya untuk dijadikan ide tulisan. Banyak bacaan, pengalaman, pengamatan, dan pikiran yang mengalir begitu saja tanpa satupun menjadi ide tulisan. Menjadi sebuah tulisan yang utuh. Banyak pengalaman baru yang ku alami yang pada akhirnya hanya terjadi begitu saja. Pengalaman yang hanya kurasakan tanpa ada satupun yang bisa kubagikan. Banyak buah pikiran yang mengendap dalam kepala yang tidak mengalir membentuk tulisan. Berkurang sudah kepekaan menggali dan mendapatkan ide apa yang terjadi sehari-hari.

Minggu, 28 Februari 2016

Pria Menawan Mendapatkan Pria Menawan

Tidak kurang aku berusaha membebaskan diri dari kondisi fakir cinta dan tuna asmara. Bukan bermukasid membandingkan, tetapi hanya berkaca dan sedikit bermain logika. Banyak laki-laki biasa di luaran sana yang mendapatkan pasangan wanita yang luar biasa. Lelaki biasa dari sisi rupa dan mungkin juga sikapnya memiliki wanita luar biasa dari sisi kecantikan dan keanggunan pembawaannya. 

Dan logikanya, lelaki biasa memperoleh wanita yang luar biasa, lelaki luar biasa pasti mendapatkan wanita yang jauh di atas luar biasa. Telah banyak usaha untuk menjadikanku luar biasa. Perawatan kulit dan wajah ala cowok metroseksual untuk setidaknya membuat kulit bersih bersinar bebas kotoran. Juga dengan rutin mengikuti fitness untuk membentuk badan proporsional dan kekar. 

Tapi memang hidup bukan hanya soal logika. Harapan mendapatkan wanita luar biasa setelah berusaha ekstra akhirnya sirna. Bukan wanita luar biasa yang mendekati lelaki berwajah bersih menawan dengan otot kekar yang menyembul pakaian. Adalah pria-pria menawan lain yang justru melirik dan memberikan kode tertarik.

Ah, mungkin sebaiknya dari awal aku tidak usah terlalu bergantung logika dan tidak juga berusaha ekstra untuk sekedar luar biasa di pandangan mata.

Jumat, 26 Februari 2016

Relativitas, Sore yang Begitu Larut di Kudus

Saya tidak sedang dan tidak akan menjelaskan tentang salah satu teori terbesar di abad 20. Sebuah teori dari salah satu ilmuan paling terkenal, Albert Einstein. Teori yang kita kenal dengan teori relativitas. Teori yang menjelaskan bahwa semua hukum fisika akan berlaku di manapun tempatnya. Yang menjelaskan bahwa di dunia ini tidak ada yang mutlak, semua berdasarkan acuan-acuannya.

Saya hanya sedikit membagikan pengalaman tetang betapa tidak mutlaknya yang terjadi di bumi. Tidak dengan rumus-rumus fisika yang rumit, bukan pula dengan hasil pengamatan empiris. Tetapi hanya berdasar asumsi atau lebih tepatnya adalah perasaan. Tidak ada yang salah dalam mengandalkan perasaan, toh ini bukan suatu pembuktian akan teori relativitas.

Sudah seminggu-an saya tinggal di Kudus. Secara umum, sosial-budaya di Kudus tidak jauh berbeda dengan Wonogiri, tempat di mana aku di lahirkan dan dibesarkan, serta Jogja, tempatku menggali ilmu selama lebih dari 5 tahun. Semuanya baik, relatif murah, dan ramah. 

Selasa, 23 Februari 2016

Memulai Kembali dari Nol

Lama sudah aku tidak menuangkan pengalaman, pengamatan, gagasan, atau apapun juga dalam bentuk tulisan. Durasi “vakum” menulis yang lama cukup terasa dampaknya. Penggalian ide tulisan, sense of word atau kepekaan terhadap pemilihan kata, penysunan kaliamat, dan hal-hal lain terkait dengan kepenulisan terasa lebih susah.
Memang benar apa yang banyak orang bicarakan, banyak orang tuliskan. Menulis adalah suatu keterampilan. Dan sebagai keterampilan, suatu keniscayaan untuk konsisten belajar dan mempraktikkan. Hanya dengan praktik, praktik, dan praktik kemampuan menulis dapat ditingkatkan. Penggalian ide, pemilihan kata, penyusunan kalimat tanpa menimbulkan ambiguitas akan mengalir dengan sendirinya seiring dengan teguhnya komitmen dan konsistensi dalam praktik menulis.

Namun sedikit berbeda antara keterampilan menulis dengan mengendarai sepeda. Vakum berkendara sepeda hanya berpengaruh sedikit terhadap keterampilan berkendara. Namun, vakum menulis memberikan dampak yang lebih besar terhadap keterampilan menulis. Diperlukan usaha yang lebih besar untuk kembali memuli menulis.

Minggu, 21 Februari 2016

Kembali Lagi Kita

Sepertinya sudah cukup atau mungkin sangat lama kita tidak bercengerama. Kita hanya berjumpa namun tidak berinteraksi apa-apa. Aku melihatmu, dan jikalau kamu dapat melihat, pasti dirimu juga akan melihatku. Dan hanya sebatas itu interaksi kita. Interaksi aneh yang sebelumnya tidak pernah kita berdua mengalaminya. 

Pengingkaran kodrat atas interaksi kita. Penyelewengan atas alasan kamu dihadirkan dan aku memilikimu. Jangankan mengeksploitasi, memanfaatkan mu pun akhir-akhir ini tidak kulakukan. Jangankan menyelesaikan semua pekerjaanku, mengurangi sedikitpun akhir-akhir ini juga tidak kau lakukan. Tapi itu bukan salahmu, aku menyadari dan tidak akan pernah menyalahkanmu. Aku yang seharusnya mengendalikan dan mengambil kontrol atasmu.

Tidak perlu kujelaskan renggannya interaksiku terhadapmu. Kamu pastinya tidak mau tahu. Ada dan tidak adanya diriku untukmu tidak memberikan keuntungan apapun untukmu. Mungkin kamu malah berpikir lebih baik rendah interkasiku untukmu. Untuk semakin memperpanjang umurmu. Tapi biar aku sedikit memberitahu atau anggaplah mengguruimu. Umurmu, tidak dihitung berdasarkan hitungan waktu usiamu. Tapi berdasar kemanfaatanmu. 

Yang lalu biarlah berlalu, sekarang aku kembali lagi padamu. Kembali ingin mengintensifkan interaksi untukmu. Mengoptimasi alasan dihadirkannya dirimu atasku. Ini hanya optimasi, bukan eksploitasi. Maka berdayagunalah dirimu untukku.

Kembali lagi aku untukmu, kambali lagi kamu untukku. Dan kembali lagi kita. Aku dan kamu, wahai laptopku.

Senin, 25 Januari 2016

Perjanjian Arienovo

Akhirnya, Handphone Lenovo ku kembali setelah lebih dari satu setengah bulan menepi. Di service center, handphone atau yang lebih popular dengan istilah smartphone tersebut harus diperbaiki agar lcd nya dapat kembali bekerja dengan normal dan optimal. Menyenangkan sekaligus memberikan sebuah kekhawatiran.

Menyenangkan dengan adanya beberapa aplikasi dan fitur yang dapat membunuh kebosanan, menambah pengetahuan, dan bahkan meningkatkan produktivitas. Menghawatirkan justru dengan banyaknya hiburan yang ditawarkan. Hiburan yang justru melencengkan dari alasan utama mengapa smartphone diciptakan, atau setidaknya dari mengapa saya dulu membelinya.

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan perenungan atas kepemilikan smartphone yang juga belum terlampau lama, justru mudharatnya lebih banyak daripada manfaatnya. Memang banyak informasi yang lebih mudah didapatkan dan komunikasi jarak jauh pun menjadi lebih bervariasi dan mudah dilakukan. Namun, banyak kemudian waktu yang justru tidak bermanfaat sebagaimana mestinya, terlampau banyak fokus tertuju padanya, dan akhirnya mengurangi produktivitas.

Cermin Mulut

Bilik berukuran 2 x 3 meter tersebut lebih ramai dari biasanya. Tiga orang perempuan berumur 22 an tahun berdiskusi dibalakang sandaran tempat duduk. Seorang lelaki duduk di bangku sambil mendengarkan obrolan ketiga perempuan di belakangnya. Hanya mendegarkan tanpa tahu bahasan apa yang diobrolkan.
cermin mulut
Zainuri, seorang mahasiswa semester dua digit sedang melakukan pemeriksaan sebagai salah satu tahapan dalam proses pemasangan gigi palsu. Bunga adalah koass yang bertanggung jawab untuk pemasangan gigi palsu Zainuri, sementara Melati dan Mawar adalah teman Bunga yang membantu proses pemeriksaan Zainuri.

“Koass rumah sakit gigi di sini baik-baik.”, ucapan Zainuri sontak menghentikan diskusi yang dilakukan Bunga, Melati, dan Mawar.

“Di rumah sakit manapun, dokter, suster, perawat, dan koass pasti baik kok Mas”, jawab Bunga dengan ramah dan diplomatis.

Senin, 18 Januari 2016

Pemimpin Seperti apa Manusia Itu?

Pernah suatu ketika malaikat bertanya kepada Tuhan perihal kehendak-Nya untuk menjadikan manusia, makhluk yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah, sebagai khalifah di bumi. Tuhanpun menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat. Dan benar saja, malaikat, makhluk yang senantiasa memuji dan mensucikan Tuhan, tidak mengetahui apa yang dapat diketahui oleh manusia.
awan gunung andong
manusia harus dapat mengelola bumi dan seisinya untuk kemaslahatan semua
Mungkin bukan hanya alasan kelebihan pengetahuan manusia yang menjadikan Tuhan ingin menjadikannya khalifah di bumi. Masih terdapat beberapa alasan/rahasia yang mungkin belum terungkap hingga kini. Namun yang jelas, tendensi kekhawatiran malaikat dari pertanyaanya kepada Tuhan benar-benar terjadi.

Dalam sejarah peradaban manusia, sudah tidak terhitung lagi banyaknya kerusakan akibat ulah manusia. Perang yang senantiasa memakan korban jiwa. Kekerasan yang terjadi di mana-mana. Dan bahkan dalih memanfaatkan yang telah Tuhan anugerahkan pun pada akhirnya berujung pada suatu kerusakan dan hilangnya banyak jiwa.

Jumat, 15 Januari 2016

Tampungan Tulisan Afkir Kompasiana

Sudah jalas alasan Ransel Kucel ini dibuat. Walaupun mungkin hanya sekilas dan tidak terperinci, bagian about sudah cukup memberikan penjelasan. Satu hal yang perlu ditambahkan, Ransel Kucel ini juga merupakan tampungan tulisan afkir kompasiana. Tulisan yang juga merupakan hasil karya sendiri. Afkir berdasar batasan pengertian saya pribadi karena di kompasiana memang tidak ada tulisan yang benar-benar diafkir/dibuang. 
logo kompasiana
sumber gambar: kompasiana.com
Batasan tulisan afkir kompasiana sangat sederhana. Tidak dibaca lebih dari dua puluh orang, atau tidak terdapat satupun komentar, atau juga tidak mendapat satupun nilai.

Berbeda dengan yang langsung saya publish di Ransel Kucel, di kompasiana tema tulisan biasanya lebih berdampak untuk masyarakat pembaca secara umum. Oleh karena itu, potensi dan harapan untuk dapat dibaca lebih banyak orang juga lebih tinggi. Dan pada akhirnya, ketika kenyataan tidak sesuai dengan potensi dan harapan, ketika tulisan masuk ke dalam katagori afkir, maka diperlukan media untuk menampung dan mempublis ulang tulisan yang diafkir.

Kamis, 14 Januari 2016

Petani Menagih Janji Januari

Padi yang ditanam dua minggu lalu tidak menunjukkan pertumbuhan sebagaimana mestinya. Tanaman kerdil dengan daun berwarna kekuningan. Tanaman yang semestinya mendapatkan asupan pupuk seminggu yang lalu harus lebih sabar menunggu. Bukan karena kelangkaan ataupun ketidakmampuan petani dalam membeli pupuk. Tetapi karena hujan yang tidak lagi datang.
olah tanah, traktor

Terakhir turun hujan adalah sekitar dua hari setelah rata-rata petani melakukan pindah tanam bibit padi, yang artinya juga dua minggu yang lalu. Dua minggu yang sangat lama untuk sawah tadah hujan. Dua minggu yang sangat krusial untuk bibit yang baru berumur kurang dari satu bulan.

Rabu, 13 Januari 2016

Bermodalkan Sendok dan Garpu

Kalau dikatakan mirip dengan tampilan luar rumah teletubies, sebenarnya tidak juga. Berbentuk setengah bola sedikit tidak beraturan dengan rumput yang tumbuh kurang teratur tentunya berbeda dengan rumah teletubies yang begitu beraturan. Tapi tetap saja diberi nama bukit teletubies. Itulah kumpulan bukit yang berada di sekitaran puncak Gunung Prau. Gunung di dataran tinggi Dieng yang saat ini sedang menjadi salah satu tujuan wisata paling diminati. 
Jika mau mengakui, penamaan bukit teletubies tentunya tidak sesuai dengan kearifan lokal daerah setempat. Jika sesuai dengan kearifan lokal, mungkin namanya adalah bukit setengah kentang atau bukit ujung carica. Sesuai dengan bentuknya yang seperti setengah umbi kentang atau juga seperti ujung buah carica. Namun, bukan nama dan filosofinya yang ingin saya paparkan. Pengalaman yang terjadi di sana yang ingin saya ceritakan.

Senin, 11 Januari 2016

Jomblo yang Pembina Upacara

Dari kejauhan masih terdengar sayup suara adzan, namun Tito dan Joni sudah selesai melangsungkan sholat Maghrib mereka. Jauh lebih awal dari biasanya, yang hampir adzan Isya, sholat maghrib baru dilangsungkan. Memiliki hafalan satu surat lebih banyak, Titolah yang menjadi imam untuk Joni. Dan bukan hanya untuk Joni karena di belakang mereka juga berjajar empat perempuan yang juga siap untuk sholat maghrib.

Hanya enam orang, namun termasuk ramai untuk ukuran mushola yang berada di salah satu sudut gedung kampus. Termasuk ramai untuk ukuran hari sabtu, hari ketika jalan-jalan atau pulang ke kampung halaman lebih menyenangkan. Dan hanya orang yang totalitas pada kegiatan di kampus atau terpaksa karena keadaan lah yang masih bertahan.

Merasa kenal dengan keempat perempuan yang menjadi makmumnya, Tito memulai pembicaraan, “Kok masih di kampus Dik? Ada acara apa?”

“Lagi persiapan untuk acara besok Mas”, Santi menjawab pertanyaan kakak angkatannya tersebut.

“Rajin bener,, acara apa emang?”

Jumat, 08 Januari 2016

Diawali Dari A, Andong

Teringat masa sekolah, ketika SD-SMP-dan SMA, daftar hadir siswa selalu diawali dari inisial nama abjad paling depan. Nama dengan inisial A adalah salah satu doa yang paling baik. Konsekuensinya, nama dengan awalan A bertebaran di mana-mana. Dan menjadi suatu hal yang umum jika daftar hadir kelas-kelas sekolah yang berada di Indonesia selalu diawali dengan nama siswa yang berinisial A.
Resty, Syafril, Ridho, Ganang
Dan itu yang terjadi pada pendakian pertamaku di tahun 2016. Gunung dengan inisial A, Gunung Andong menjadi awal pendakian di tahun 2016. Gunung yang bagi pemburu ketinggian sering diacuhkan. Gunung yang bagi banyak pendaki hanya sebagai tempat mampir setelah ke Merbabu atau Merapi.

Sabtu, 02 Januari 2016

Fungsi Lain Jas Hujan Model Batman

Jalan Magelang lebih ramai dari kebanyakan hari sebelumnya. Libur Maulid Nabi dan Natal yang dilanjutkan dengan weekend menjadikan serangkaian hari libur yang panjang. Hari yang banyak orang pergi melancong, memenuhi jalanan-jalanan di kota-kota tujuan pariwisata, termasuk kota Jogja.

Dan cukup melelahkan berkendara sepeda motor di jalanan yang mengharuskan menekan tuas rem sesering mungkin. Lelah dan gerah dengan balutan jas hujan tanpa sedikitpun terkena tetesan hujan. Mendung tidak selalu hujan sudah terbukti kebenarannya. Sedia payung sebelum hujan harus diiringi dengan kemampuan memprediksi.

Dan selain gerah, berkendara dengan jas hujan model batman di antara pengendara yang hanya berkaos ataupun jaket adalah aneh. Tetapi show must go on. Sudah terlalu tanggung untuk berhenti sekedar untuk mencopot jas hujan. Harus ada hal positif yang bisa diambil setidaknya hanya untuk pembenaran atas keputusan yang membuahkan tindakan.

Hal positif itu datang setelah mobil di depan berhenti dengan tiba-tiba. Berhenti mendadak tanpa membuatku yang berada di belakannya menabrak. Masih tersisa beberapa sentimeter untuk menuju kategori menabrak. Selain tetu karena kehendak Gusti Allah, ini semua pasti faktor jas hujan model batman yang dikenakan.