Senin, 18 Januari 2016

Pemimpin Seperti apa Manusia Itu?

Pernah suatu ketika malaikat bertanya kepada Tuhan perihal kehendak-Nya untuk menjadikan manusia, makhluk yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah, sebagai khalifah di bumi. Tuhanpun menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat. Dan benar saja, malaikat, makhluk yang senantiasa memuji dan mensucikan Tuhan, tidak mengetahui apa yang dapat diketahui oleh manusia.
awan gunung andong
manusia harus dapat mengelola bumi dan seisinya untuk kemaslahatan semua
Mungkin bukan hanya alasan kelebihan pengetahuan manusia yang menjadikan Tuhan ingin menjadikannya khalifah di bumi. Masih terdapat beberapa alasan/rahasia yang mungkin belum terungkap hingga kini. Namun yang jelas, tendensi kekhawatiran malaikat dari pertanyaanya kepada Tuhan benar-benar terjadi.

Dalam sejarah peradaban manusia, sudah tidak terhitung lagi banyaknya kerusakan akibat ulah manusia. Perang yang senantiasa memakan korban jiwa. Kekerasan yang terjadi di mana-mana. Dan bahkan dalih memanfaatkan yang telah Tuhan anugerahkan pun pada akhirnya berujung pada suatu kerusakan dan hilangnya banyak jiwa.

Di jaman ketika akal dianggap segalanya, rasionalitas menjadi ujung tombak kepemimpinan manusia, banyak yang ternyata tidak berbeda. Kemajuan teknologi telah mempermudah kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan membuat loncatan peradaban dari zaman sebelumnya. Namun kekerasan, peperangan, dan bentuk ketidakberadaban lain masih saja ada dan bahkan terus merajalela.

Manusia adalah pemimpin yang Tuhan turunkan untuk seharusnya mensejahterakan dan membawa keselamatan pada bumi dan segala makhluk yang ada padanya. Akal, ilmu, pengetahuan, dan teknologi yang dikembangkan seharusnya membuat sadar akan perannya di dunia, membawa kesejahteraan dan keselamatan. Keselamatan bagi seluruh umat manusia. Bagi makhluk-makhluk di bumi yang bersanding hidup dengannya. 

Realita sungguh berbeda dengan idealita. Kepemimpinan yang seharusnya mensejahterakan dan menyelamatkan justru berubah menjadi kepemimpinan untuk kekuasaan. Alih-alih memberi keselamatan, saling menghancurkan dan meniadakan pun dilakukan untuk berkuasa. 

Akal dan rasionalitas yang dibanggakan justru menjadi kelemahannya. Nafsu tidak mampu dikendalikannya, dan nafsulah yang pada akhirnya mengendalikan semua tindakannya. Dan seperti mengulang yang terjadi pada zaman-zaman sebelumnya, saat nafsu yang memimpin, kerusakan, dan pertumpahan darah pasti terjamin.



Tetapi, Tuhan tahu apa yang tidak diketahui malaikat. Tahu yang tidak diketahui manusia. Pengetahuan yang semestinya melahirkan kesadaaran untuk memimpin berdasar yang Tuhan beri dan ajarkan. Kesadaran yang melahirkan pengetahuan tentang kebenaran keputusan Tuhan untuk menjadikan manusia pemimpin di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar