Senin, 11 Januari 2016

Jomblo yang Pembina Upacara

Dari kejauhan masih terdengar sayup suara adzan, namun Tito dan Joni sudah selesai melangsungkan sholat Maghrib mereka. Jauh lebih awal dari biasanya, yang hampir adzan Isya, sholat maghrib baru dilangsungkan. Memiliki hafalan satu surat lebih banyak, Titolah yang menjadi imam untuk Joni. Dan bukan hanya untuk Joni karena di belakang mereka juga berjajar empat perempuan yang juga siap untuk sholat maghrib.

Hanya enam orang, namun termasuk ramai untuk ukuran mushola yang berada di salah satu sudut gedung kampus. Termasuk ramai untuk ukuran hari sabtu, hari ketika jalan-jalan atau pulang ke kampung halaman lebih menyenangkan. Dan hanya orang yang totalitas pada kegiatan di kampus atau terpaksa karena keadaan lah yang masih bertahan.

Merasa kenal dengan keempat perempuan yang menjadi makmumnya, Tito memulai pembicaraan, “Kok masih di kampus Dik? Ada acara apa?”

“Lagi persiapan untuk acara besok Mas”, Santi menjawab pertanyaan kakak angkatannya tersebut.

“Rajin bener,, acara apa emang?”

Belum sempat salah satu dari keempat adik angkatannya menjawab, Joni menyela pertanyaan Tito, “hati-hati Dik, Masi Tito ini kerjaannya memang modus. Maklum jomblo”.

“Gakpapa kok Mas, gak mempan juga dimodusin”, lagi-lagi Santi yang menanggapi.

“Kayak kamu gak jomblo juga Jon!”, Tito mulai menyerang Joni.

“Tapi aku gak modusin semua cewek Tit, paling gak aku jomblo yang terhormat lah!”

“Jomblo terhormat? Kamu jomblo apa Pembina upacara? Pake terhormat-terhormat segala?”

Dan kemudia semuanya tertawa. Termasuk ketiga adik angkatan Tito yang dari semula hanya diam. Prosesi pemakaian sepatu pasca sholat Maghrib telah selesai. Adik-adik angkatan Tito kembali ke tempat rapat sementara Tito dan Joni kembali melanjutkan pengamatan penelitian yang tak kunjung usai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar