Senin, 25 Januari 2016

Cermin Mulut

Bilik berukuran 2 x 3 meter tersebut lebih ramai dari biasanya. Tiga orang perempuan berumur 22 an tahun berdiskusi dibalakang sandaran tempat duduk. Seorang lelaki duduk di bangku sambil mendengarkan obrolan ketiga perempuan di belakangnya. Hanya mendegarkan tanpa tahu bahasan apa yang diobrolkan.
cermin mulut
Zainuri, seorang mahasiswa semester dua digit sedang melakukan pemeriksaan sebagai salah satu tahapan dalam proses pemasangan gigi palsu. Bunga adalah koass yang bertanggung jawab untuk pemasangan gigi palsu Zainuri, sementara Melati dan Mawar adalah teman Bunga yang membantu proses pemeriksaan Zainuri.

“Koass rumah sakit gigi di sini baik-baik.”, ucapan Zainuri sontak menghentikan diskusi yang dilakukan Bunga, Melati, dan Mawar.

“Di rumah sakit manapun, dokter, suster, perawat, dan koass pasti baik kok Mas”, jawab Bunga dengan ramah dan diplomatis.

“Mbaknya perhatian. Mau makan diperhatikan, makan nya apa diingatkan”, ucap Zainuri sambil melihat ke arah Bunga.

“Memang prosedurnya seperti itu Mas. Biar pemeriksaannya lancar, kalau ada luka biar cepat sembuh, dan prosesnya biar dapat berjalan dengan baik”, Bunga kembali menjelaskan dengan ramah.

“Kirain apa, soalnya saya sudah pnya cewek Mbak, perhatian-perhatian seperti itu kadang tidak mempan”

Mawar yang sedari tadi hanya diam dan senyum mendengar obrolan Zainuri dan Bunga, tiba-tiba angkat bicara.

“Mas mau ngaca? Ini ada cermin mulut.”, sambil memberikan cermin sebesar uang logam kepada Zainuri.

Zainuri, Bunga, Melati, dan Mawar kemudian ketawa. Diikuti dengan terarahnya pandangan orang-orang yang berada di bilik samping dan belakang ke mereka berempat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar