Selasa, 25 Juli 2017

Juara Kompetisi Bukan Sekedar Juara di Hati

Sebagai seorang fans dari seorang atlet ataupun sebuah tim, mendukung adalah sebuah keniscayaan atau bahkan merupakan kehormatan. Dukungan, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling militan semata-mata dilakukan agar kebanggaannya memenangkan pertandingan, menjuarai kompetisi. 

Selain juara kompetisi, ada satu lagi macam juara yang akhir-akhir ini banyak diperdengarkan. 

Juara Dihati 

Sebuah kemenangan, entah sejati ataupun tidak yang menggambarkan situasi ketika seorang atlet ataupun tim berhasil merebut hati karena perjuangan yang telah dilakukan. Kemenangan yang tentunya memberikan multi semangat buat para idola. Kemenangan yang mungkin tidak setiap atlet ataupun tim mampu mendapatkannya. 

Namun demikian, istilah “juara dihati” seringkali tidak bernilai saat hanya digunakan sebagai pembelaan atas kegagalan atlet ataupun tim menjuarai kompetisi. Walaupun merupakan sebuah pemompa semangat buat para atlet atau tim, predikat juara dihati tidak boleh dijadikan tujuan. 

Bahkan ketika belum melakukan pertandingan sekalipun para atlet ataupun tim pasti sudah mendapatkan predikat juara dihati oleh para fans nya. Yang seharusnya dilakukan adalah menjadi juara di kompetisi yang diikuti. Multi semangat yang timbul seharusnya menjadi pemacu untuk memenangkan kompetisi yang diikuti. 

Buat semua atlet, tim, dan semua idola dari fans-fans nya, berjuanglah untuk menjadi juara kompetisi. Jika hanya ingin juara dihati, tak perlu lah kalian susah payah untuk mengejarnya.

Senin, 24 Juli 2017

Lelaki yang Menspesialkan Perempuannya

Selain tidak bisa salah, satu lagi yang menjadi kelebihan perempuan adalah kemampuannya melakukan banyak hal dalam satu waktu. Multitasking, kemampuan yang sebenarnya juga dimiliki lelaki tetapi tidak mempu melakukannya sebaik perempuan. Contoh kecil, lihat betapa lihainya perempuan memasak, mengangkat telepon, serta mengurus anak dalam satu waktu dan semuanya selesai tanpa kesalahan sedikitpun. Lelaki? Bisa juga melakukannya hanya dengan tingkat keberhasilan yang berbeda. 

Jika perempuan lebih ahli dalam multitasking, maka lelaki lebih jago dalam multicaring. Sebuah kemampuan untuk care (peduli) pada lebih banyak orang (khususnya banyak perempuan) dalam satu waktu. Apakah perempuan tidak bisa melakukannya? Tentu saja bisa. Namun tidak sebaik lelaki dalam melakukannya. Sebuah kebenaran atau hanya kebenaran umum, yang jelas stigma tersebut sudah tersebar luas di masyarakat. 

Adalah berkah lelaki yang memiliki perempuan dengan kemampuan multitasking yang baik. Namun sebuah musibah (atau setidaknya merupakan hal yang tidak nyaman) perempuan yang memiliki lelaki dengan kemampuan multicaring. Dua keahlian berbeda yang ternyata tidak bisa saling melengkapi. 

Kamis, 20 Juli 2017

Membacalah

Mungkin sebagian dari kita sudah mengenal tulisan bahkan sejak sebelum mampu secara mandiri mengenakan pakaian. Namun faktanya sayang itu tak kunjung datang biarpun kenalan sudah lama dilangsungkan. Jangankan sayang, sampai level terbiasa pun amat jarang yang mampu melakukan. 

Berliterasi dalam tataran yang paling sempit (membaca dan menulis) masih dianggap sesuatu yang tidak memberikan manfaat apa-apa, masih dianggap sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan. Namun berbeda dengan kegiatan non kebutuhan lainnya, keinginan untuk membaca dan menulis amat jauh di bawah keinginan untuk mendapatkan hiburan. 

Pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya membaca (khususnya) masih cukup rendah sehingga aktivitas membaca menjadi salah satu yang paling sedikit peminatnya. Perlu dibangun kembali kesadaran akan pentingnya membaca sehingga aktivitas membaca dianggap sebagai kebutuhan yang tanpa melakukannya akan ada sesuatu yang berkurang, sesuatu yang hilang. 
Setiap ahli memiliki versi tersendiri akan manfaat dan fungsi membaca. Ahli neurologi, ahli psikologi, ahli pendidikan, dan bahkan pakar sosial kemasyarakatan pun memiliki penjelasan masing-masing akan manfaat dan fungsi membaca. Dan tanpa bermaksud menambah deretan artikel yang berisi pendapat ahli tentang manfaat membaca, ada pengalaman empiris yang dapat dibagikan terkait manfaat dan fungsi membaca.

Minggu, 09 Juli 2017

Mini Merapi bernama Telomoyo

Dan akhirnya sampailah kami di Puncak Gunung Telomoyo. Tidak ada kaki yang benar-benar kelelahan, tidak ada nafas yang ngos-ngosan, dan tiada pula pundak yang pegel akibat beban carrier yang berlebihan. Hanya motor yang sedikit overheat serta lengan dan pergelangan tangan yang capek. 
pemancar puncak gunung telomoyo

Memang untuk mencapai puncak gunung dengan ketinggian 1894 mdpl yang berada di Kabupaten Semarang dan Magelang ini tidak perlu berjalan seperti ketika mendaki gunung pada umumnya. Telah terdapat jalan beraspal yang dapat dilalui motor dan mobil sampai dengan puncaknya. Jalan yang dibangun karena adanya pemancar radio (repeater) dan landasan paralayang di puncaknya. Namun demikian, ukuran jalan cukup sempit dengan kondisi sudah banyak yang rusak. Perlu kewaspadaan ekstra untuk dapat mencapai puncaknya. 

Di puncak, terdapat pelataran (halaman) kantor repeater pemancar yang cukup luas untuk parkir kendaraan dan sekedar ngobrol (kumpul-kumpul). Terdapat pula beberapa jenis makanan yang dijajakan untuk menemani kumpul-kumpul. Secara potensi,seharusnya dapat dilihat gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Sindoro, dan Ungaran dari Puncak Telomoyo. Namun faktanya tidak banyak yang dapat dilihat. Selain karena satu gunung yang tertutup gunung yang lain juga karena masih banyaknya halangan pandang di puncak sehingga tidak memugkinkan untuk melihat dengan sudut pandang 360 derajat. 

Minggu, 02 Juli 2017

Just Tulis!

Entahlah, tetapi sepertinya memang banyak sekali hal yang ingin kutuliskan. Tentang keresahan-keresahan yang sudah menjadi endapan di kepala. Tentang gagasan-gagasan yang tentu saja belum terealisasikan. Juga tentang perasaan-perasaan yang belum sempat tersampaikan. Keingingan menggebu yang pada akhirnya hanya menjadi angan-angan. Keinginan tanpa tindakan yang takkan pernah berbuah apapun selain kesia-siaan. 

Keresahan, gagasan, dan perasaan yang semula kuat dan begitu dekat namun tiba-tiba hilang disaat adanya keinginan untuk mengikatnya erat-erat. Mengikat erat menjadi sebuat tulisan yang seharusnya bermanfaat. Dan faktanya, semakin dicoba ia dengan kuat-kuat, semakin huruf, kata, dan kalimat menjadi mampat. 

Salah satu alasan kemampatan hanyalah kemalasan dan lambatnya tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Keresahan, gagasan, dan perasaan tetap di dalam angan alaih-alih dikeluarkan dan ditungkan menjadi sebuah tulisan. Yang berkecamuk tetap dan hanya menjadi hal yang berkecamuk. Lupa akan satu hal yang berdampak pada kesempatan besar menghasilkan karya. 

Tulis! Satu kata, satu perintah, satu tindakan yang merupakan awal segalanya. Satu hal vital yang tidak boleh terlewatkan. Karya tulis, sebesar apapun itu takkan mampu tercipta tanda adanya satu kata awal yang dituliskan. 

Dan benar, kehilangan keresahan, gagasan, dan perasaan yang akan ditulis hanya terjadi saat awal niat menulis. Saat kata pertama telah dituliskan maka secara otomatis kata berikutnya akan mengikuti. Membentuk sebuah kalimat utama, manghasilkan kalimat-kalimat penjelas, dan akhirnya terciptalah sebuah tulisan. 

Just Tulis!! Dan semuanya secara otomatis akan mengantarkanmu pada penciptaan sebuah tulisan.