Rabu, 02 November 2016

Menahan Diri dari Kerugian dan Ke-celaka-an

Sebentar lagi hari berganti. Malam berlalu menuju pagi. Sudah seharusnya tubuh ini diistirahatkan untuk menjalani esok hari. Tenaga, hati, dan pikiran hendaknya di-refresh untuk semua aktivitas yang besok dijalani. Semua aktivitas yang menghidupi, bermanfaat, dan memberi arti. 

Istirahat untuk persiapan esok hari? Perlukah itu dilakukan ketika hari ini hampir saja berlalu, tanpa sesuatupun yang bermanfaat dan memberi arti?

Sebuah pola pikir salah ketika tetap memutuskan untuk istirahat demi persiapan esok hari. Ini bukan teori dan logika sunk cost fallacy, dimana kita bisa mengabaikan/meninggalkan suatu hal/modal ketika hal tersebut akan lebih merugikan saat tetap dipertahankan. Ini hanyalah tentang hidup di hari ini. Hidup di hari ketika hari ini tidak boleh sama apalagi lebih buruk dari hari kemarin. Ini adalah hidup yang tidak ada jaminan untuk esok hari. 

Dan saya memilih untuk mencoba memberi arti dengan membuat tulisan ini. Tulisan yang kalaupun tidak memberi manfaat untuk orang lain, biarlah memberi arti untuk diriku sendiri. 

Egoiskah?
Tentu saja tidak! Tidak ada sedikitpun niatan egoistis dalam kaitannya dengan memberi arti dengan membuat tulisan ini. Hanya karena mungkin tidak memberi manfaat untuk orang lain, bukan berarti tidak ada niatan untuk hal tersebut. Usaha telah dilakukan dan semoga akan tetap dilakukan walaupun sedikit demi sedikit. 

Intinya, usaha yang memberikan hasil masihlah menjadi misteri. Setiap usaha memang tidak menjamin suatu keberhasilan. Tetapi, keberhasilan pasti diperoleh setelah melakukan usaha-usaha. Dan menulisku ini adalah bentuk usaha untuk memberikan arti pada hari ini. 

Menahan diriku dari istirahat adalah bentuk keberpihakan pada usaha untuk menghindari kerugian dan ke-celaka-an. Usaha untuk mendapatkan keberuntungan-keberuntungan dalam hidup. Keberuntungan lebih dari sekedar materi-materi. Keberuntungan karena hari ini lebih baik dari hari kemarin. Keberuntungan sebab adanya perkembangan. Keberuntungan dengan adanya kemajuan-kemajuan.

Menahan diriku hari ini adalah karena tidak ada arti yang kuberikan pada seharian ini. Dan esok, saat di siang hari, saat seharusnya manusia membuat dan memberi arti dan kebermanfaatan, saat saya sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan manusia pada siang hari, maka tidak perlu lah menahan diri dari beristirahat. 

Dan sekali lagi, semoga menahan diriku adalah bentuk keberpihakanku pada perubahan kemajuan. Bentuk pengupayaan akan hari-hari yang penuh keberuntungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar